sembarang
Senin, 30 Maret 2015
cerita motivasi
Di meja sebelah ranjang kamarnya. Yang menurut dika adalah meja belajar. Walaupun butut dan kaki kakinya sedikit keropos. Dika menulis. Menuangkan ide brillian. Yang ada di otak jeniusnya. Tangannya menuntun pena untuk menari nari di atas kertas. Goresan penanya membentuk huruf. Menyatu menjadi sebauh kata. Terangkai menjadi sebuah kalimat. Terbentuklah coretan coretan yang berantakan, acak dan tak karuan. Yang nantinya akan menjadi sebuah tulisan. Cerpen.
—
Ia bangun jam tiga pagi. Walaupun agak berat, males dan dingin. Yang membuatnya ingin tidur lagi. Namun sekarang ia bangun. Memaksakan diri. Dan akhirnya berhasil. Dia mematikan alarm hpnya. Setelah berbunyi berderai kencang. “Akhirnya aku bisa bangun jam 3”, kata dika dalam hati.
Hari hari Sebelumnya. Dika berusaha membiasakan diri bangun jam tiga. Namun gagal. Malamnya dika mengaktifkan alarm di hpnya. Dengan nada keras dan waktu tundanya sepuluh menit. Lalu ia tidur.
Pohon cemara, damar dan pinus menancap di badan bukit yang miring. Udaranya begitu segar. Alam pegunungan yang begitu indah. Membawa suasana romantis. Bagi setiap pasangan yang mendatanginya.
Dika dan orang yang dicintainya. Karin. Yang selama ini ia kejar. Mereka berdiri di puncak bukit. Menikmati keindahan alam. Yang membuatnya bahagia.
Aduh hangatnya, Pikir dika. Ketika dirinya sedang berpelukan dengan orang yang dicintainya. Pelukannya sangat erat. “karin, kita akan selalu bersama. percayalah”, bisik dika.
“iya sayang”, desah karin. Lirih.
Tiba tiba dika mendengar sebuah suara “Drrrrr Drrrrr, ting tong ting tong, tolelit, tolelit, tolelit”, Suara itu benar benar Memekik telinganya. Suara itu terus berderai. Kencang. Lalu dika tersadar. Mendapati dirinya sedang memeluk bantal gulingnya. Dia bangun dari tidurnya.
Argh!!! menganggu, gerutu kesal dika. Karena alarmnya membuyarkan mimpi indahnya. Dika pun mematikan alarmnya dan kembali tidur lagi. Sepuluh menit kemudian. Alarmnya berbunyi lagi. Derai kencangnya membangunkan dirinya dan kakeknya. Yang kamarnya bersebelahan. Dengan pembatas dinding tembok. “aduh”, rintih kakeknya dika kesakitan.
“berisik!!!, nganggu wong turu tok. Mbudegi kuping( berisik!!!, mengganggu tidur orang saja. Penging di kuping”, ujar kakeknya. Yang kebetulan sedang sakit gigi.
Mampus aku, kata dika sambil menepok jidatnya.
Lalu dika men-off kan alarmnya. Dia tidur lagi. Plong. Dia bangun kesiangan.
Waduh!, kenapa aku nggak bangun jam tiga?. Ah, sia sia, dika menyesal. Mau tidak mau ia harus mandi, makan dan berangkat sekolah. Walaupun nggak mood.
—
“bro, Aku kok susah ya bangun jam tiga pagi. Awalnya alarm berbunyi. Aku lalu bangun. Kemudian aku tidur lagi. Berulang ulang aku mengalaminya. Sulit rasanya. Untuk bangun jam tiga”, dika tampak lesu. “bagaimana ini bro?”
“ketika kau ingin bangun jam tiga. Sebelum tidur. Kau harus berkata pada diri sendiri. ‘aku bangun jam tiga, aku bangun jam, aku bangun jam tiga.’, ucakan secara berulang ulang. Hingga terasa ngantuk”, ujar temannya dika. Roni
“serius?”
“enggak”
“hmmm. Kau sudah pernah mencobanya?”
“Tinggal coba aja kok. Aku sering melakukannya.”
Awalnya dika ragu. Apakah benar yang dikatakan roni?, pikir dika sebelum tidur. Setelah pikiran dika penuh pertimbangan. Akhirnya dia mencoba. “aku pasti bisa!”, kata dika. Ia yakin, bahwa ia akan berhasil. Dika pun tidur.
Benar. Tepat jam tiga. Dika bangun. Dengan spontan. Tanpa alarm. Tanpa ada yang membangunkannya.
Setelah bangun. Dika pun mencuci muka, berwudhu. Selanjutnya dika sholat tahajud, sholat hajat dan menulis.
Dika terus menulis. Sudah empat lembar tulisan dika sampai. Apa yang dilakukan dika sudah di tengah jalan. Mungkin tulisan ini tiga lembar lagi, pikir dika. Menebak nebak. Di saat saat seperti inilah. Dika harus melawan dirinya sendiri. Beban pikiran mulai bermunculan. Apakah saya bisa menyelesaikan ini?. beban pikiran perlahan lahan mulai keluar.
Satu per satu beban itu keluar. Dika berusaha membuyarkannya. Namun beban pikiran itu terus bermunculan. Tak henti henti. Hingga mendinginkan semangat dirinya yang membara.
Dika tak ingin seperti dulu lagi. Ketika ia menulis. Sampai paragraf satu. Dika pun berhenti, ngeblank, kehabisan ide. Tak tau apa yang harus ia tulis lagi. Alih alih dika merenung. “ketika kau ingin bisa menulis. Ya, menulislah”, kata kata penulis terkenal muncul di pikiran dika. Namun dika bingung. Harus menulis apa?, dika bertanya dalam hati.
Entah disambet setan apa. Dika kesal. Merobek, meremas remas kertas yang berisi tulisan yang ia tulis. Menjadi bulatan bola kertas. Dan membuangnya ke tempat sampah. Apa yang dialami dika. Terus berulang ulang. Dalam hal yang sama. Menulis, ngeblank, marah, merobek dan meremas remas tulisannya.
“bodoh!”, dika memaki maki dirinya sendiri.
“Mungkin aku tak mempunyai bakat menulis, dika terus menghakimi dirinya sendiri. Aku tak bisa apa apa. Aku tak mempunyai bakat apa pun.”
“Pagi yang sial!”, dika kesal.
Semangat dika semakin meredup.
Dika memutuskan untuk berhenti menulis. Kembali ke kebiasaan buruknya. Malas malasan, makan, tidur, makan, tidur lagi. Lalu facebookan. Sehabih pulang sekolah sampai maghrib. Namun karena telah membaca sebuah status milik temannya. Dika pun jadi iri. Dirinya memanas. Terbakar keiriannya.
“horeee, cerpennya aku masuk majalah story. Sob, besok makan makan ya, lumayan honornya”, status itu spintas seperti mengejek dika. Seolah olah tulisan itu hidup. Keluar dari layar hpnya dika. Menjalarkan lidah, yang amat panjang. Sambil mele mele ke hadapan dika.
Anj*ng, kenapa dia bisa berhasil. Ah, tidak. Terkutuklah dika. Semakin mengecil. Melemas. Di kuasai keiriannya. Lalu memanas. Semakin membara. Lalu dia mengambil pena dan buku diarynya. Yang berisi kumpulan cerpen. Yang pernah ia tulis. Dika pun sekilas membaca cerpen yang pernah ia tulis. Dia ketawa melihat tulisannya. Betapa lucunya tulisanku. Ternyata tulisanku benar benar bagus, kata dika bangga.
“ternyata aku mempunyai bakat menulis”, kata dika.
Langit senja berwarna jingga. ronanya membara. Bara ronanya. Menjilat dika. Tersengatlah dika. Memanas. Berkobar kobar. Untuk merangkak ke depan. Kembali menuangkan ide. Menulis. Ia kembali semangat lagi.
Lalu dia membuka lembaran kertas kosong. Dia ancang ancang untuk menulis. Awalnya dia bingung. Mau menulis apa ya?, pikir dika penuh pertimbangan.
“kalo ingin bisa menulis, ya menulislah”, kata kata penulis terkenal itu terlintas di benak dika. Seperti suara pesawat yang melintas di langit. Yang membuatnya dika menatap ke atas. Untuk memandangi pesawat itu. Setelah berfikir panjang. Akhirnya dika pun menulis judul cerpennya. “Dika and dream”.
Setelah berlembar lembar tulisan dika tercapai. Penyakit menulisnya muncul kembali. Ngeblank. Aku tak boleh menyerah, pikir dika mencegahnya. Ia pun memutuskan untuk berhenti. Menenangkan pikirannya. Aku tak boleh menyerah, kata dika.
Nafasnya ditarik panjang panjang. Di keluarkannya pelan pelan. Ia sigap dari tempat duduknya. Berdiri. Mondar mandir. Di dalam kamarnya.
Berkali kali ia mondar mandir. Tak terhitung. Cukup lama. Galau yang ia rasakan. Pikirannya berantakan tak tertata. Ia sekarang bingung. Harus berbuat apa?. Aku tak boleh menyerah, ucapnya sekali lagi.
Dalam hati ia berkata penuh keyakinan “aku pasti bisa!, aku pasti bisa!, aku pasti bisa!”
Ia kembali duduk. Matanya menatap langit langit kamarnya. Yang terlihat hanyalah. Eternit yang bolong. Di gerumuri ramat. Di gantunginya laba laba. Ah, tak penting juga. Menatap laba laba itu, pikir dika. Sambil memalingkan pandangannya. Terhadap laba laba itu.
Kemudian matanya tertuju. Pada tembok kamarnya. Yang berada di depan mata. Sebuah kertas manila. Berwarna putih. Yang usang. Berdebu.
“petiklah sebuah mimpi, tampunglah dalam sebuah kepercayaan, bawalah dengan tindakan”, tulisan itu terangkai di kertas yang menempel di tembok itu.
Dika terus menatapnya. Ia tau apa maksud tulisan itu. Ia benar, kata dika dalam hati. Aku harus mempunyai mimpi, aku harus mempercayai mimpiku ini bahwa akan terwujud,dan aku harus bertindak untuk mengejar mimpi mimpiku ini. Ya, aku tau. Tambahnya.
Di benak dika terus berkecamuk berbagai macam pikiran. Bagaimana nantinya kalau mimpi mimpiku tak tergapai?. Apa anggapan ibuku, ayahku, tetanggaku dan orang orang kalau aku tak mempunyai mimpi. Orang pasti beranggapan bahwa aku tak ada gunanya. Yang menyusahkan mereka. Bayang bayang itu terus menghakimi dika. Penghakiman itu benar benar membuat dirinya terbakar. Emosinya meletup. Meledak. Doar!!!
“Ah tidak!!!, kedua tangan dika memegang kepalanya. Aku tak boleh menyerah, tak boleh!. Semua orang pasti akan bangga padaku. Tunggu saja”, gerutu kesal dika. Penuh khayal Setelah emosinya meledak.
Tanpa berbasa basi. Juga tanpa berpikir panjang. Dika pun kembali melanjutkan tulisannya. Tulisan tentang dirinya yang sedang mengejar mimpinya. Aku pasti bisa!, menyelesaikan tulisan ini, kata dika dalam hati. Penuh keyakinan. Aku pasti bisa!, aku pasti bisa!, aku pasti bisa!, ucapnya secara berulang ulang.
Rona senja yang berwarna jingga semakin meredup. Termakan pintu pintu gelapnya malam. Namun gelapnya malam. Tak memakan semangatnya dika. Malah ia semakin semangat. Api semangatnya berkorbar terus membara.
cerpen persahabatan
Maaf dan Terimakasih - Cerpen Persahabatan Sedih
Karya Nita
"Hmm," terllihat seorang perempuan menggeliat di atas ranjangnya. Ia
merubah posisinya menjadi duduk. Ia menghela napas panjang dan memandang
jendela besar di sebelah kiri ranjangnya. Gelap. Hanya ada bintang dan
bulan yang menghiasi malam kelamnya. Terdengar suara air yang
bersentuhan dengan tanah secara teratur. Melodi yang damai dan
menenangkan. Ia melirik jam digital yang terdapat di sebelahnya. "Haah,
aku bangun tengah malam lagi," gumamnya setelah melihat jam yang
menunjukan pukul 02.36. Sudah menjadi kebiasaannya beberapa hari
terakhir untuk bangun larut malam. Ia tidak mempermasalahkannya lagi dan
mulai berjalan kearah jendela untuk duduk disana. Menyingkirkan
tirainya dan membukanya. Memandang hujan yang turun dengan derasnya.
Juga semilir angin yang menghantam wajahnya.
Ia memejamkan matanya, berusaha untuk menikmati keseluruhannya. Memori-memori itu terlintas dibenaknya lagi. Musik. Senyumannya. Kejadian yang dramatis dibawah hujan yang lebat. Dimana semua orang lebih memilih untuk berlindung daripada melawan dinginnya angin. Air mata yang menyatu dengan air hujan. Mengalir dan terjatuh di tanah. Janji yang terucap yang bahkan ia tak tahu bagaimana melaksanakannya.
![]() |
Maaf dan Terimakasih |
***
9 tahun lalu...
Terlihat dua orang anak gadis yang sedang memakan makan siangnya di bawah pohon besar. Mereka asyik bercengkrama dan sesekali tertawa. Senyum selalu menghiasi wajah kedua gadis itu. Pohon besar itu adalah saksi bisu keakraban mereka. BUKK!! Sebuah bola menghantam salah satu dari gadis itu.
"Terra, kamu gak apa-apakan? Siapa yang nendang bola ini?!" teriak gadis berambut panjang. "Aku gak apa-apa kok, Sher. Santai aja. Paling mereka gak sengaja." jawab orang yang bernama Terra dengan senyum. "Iya. Makanya kalo main bola hati-hati dong!" Shera memberikan tatapan tajam kepada sekelompok anak laki-laki itu sebelum melempar bolanya kearah mereka. Shera kembali duduk disamping Terra. Bekal mereka telah habis, namun mereka masih ingin duduk dibawah pohon itu.
"Mm, Ter, kamu mau jadi apa kalo kamu sudah besar nanti?" tanya Shera. Matanya memandang langit yang berawan seakan-akan membayangkan apa yang akan ia lakukan ketika ia sudah dewasa.
"Entahlah," jawab Terra yang juga sedang memandang langit. "Dulu aku pernah bermimpi akan menjadi penyanyi karena aku suka sekali bernyanyi." lanjut Terra. "Kamu bisa bernyanyi? Coba dong, kamu nyanyi! Aku belum pernah dengar!" Kata Shera antusias sambil menatap Terra.
"Eh? Aku..aku hanya suka bernyanyi. Bukan berarti suaraku bagus." Shera menyerngitkan alisnya. "Tak apa! Aku hanya ingin dengar! Aku tidak akan mentertawakanmu! Aku juga ingin menjadi violinist terkenal! Nanti kalau sudah besar, kita berduet ya!" ajak Shera bersemangat. Terra tersenyum dan mengangguk kecil. "Janji?" Tanya Shera sambil menunjukan kelingkingnya. "Iya. Aku...janji," balas Terra sambil mengaitkan kelingking mereka.
***
Ia merasakan pundaknya di goyangkan oleh seseorang dan terdengar samar-samar suara orang tersebut. "-Ra, ayo bangun. Hari sudah siang, nih! Ter.., Terra," Terra menyerngitkan dahinya dan perlahan membuka kelopak matanya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan mulai berdiri dari tempat duduknya. "Mm, Raysha. Jam berapa sekarang?" tanya Terra. "Jam 7! Sana mandi, terus kita langsung ke Festival Paskah Beethoven." ujar Raysha sambil menyenggol pundak Terra lagi. "Iya..iya," Terra berjalan pelan menuju kamar mandi.
Setelah mengenakan pakaian yang menurutnya cukup pantas, ia berjalan keluar menemui Raysha yang sedang sarapan. "Wah, kamu cukup cantik mengenakan pakaian itu," puji Raysha yang tak ditanggap oleh Terra. Mereka melanjutkan sarapan dengan keheningan dan beberapa perkataan dari Raysha. "Ayo," ajak Terra yang diikuti Raysha.
Tak lama setelah mereka sampai di Istana Kerajaan dan Balai Konser Philharmonic, Festival Paskah Beethoven dimulai. Terdengar lagu-lagu klasik terkenal yang dimainkan oleh 30 musisi dari berbagai belahan dunia.
"Ah, Sorry," ucap Raysha ketika tak sengaja menyenggol orang disana. "Never mind," balas orang itu. "Ray, ada a..pa?" ucapan Terra terhenti ketika ia melihat siapa yang berada di dekat Raysha saat ini. "Oh, Terra. Tadi aku gak sengaja nyenggol orang ini." Perkataan Rayshapun diacuhkannya.
9 tahun lalu...
Terlihat dua orang anak gadis yang sedang memakan makan siangnya di bawah pohon besar. Mereka asyik bercengkrama dan sesekali tertawa. Senyum selalu menghiasi wajah kedua gadis itu. Pohon besar itu adalah saksi bisu keakraban mereka. BUKK!! Sebuah bola menghantam salah satu dari gadis itu.
"Terra, kamu gak apa-apakan? Siapa yang nendang bola ini?!" teriak gadis berambut panjang. "Aku gak apa-apa kok, Sher. Santai aja. Paling mereka gak sengaja." jawab orang yang bernama Terra dengan senyum. "Iya. Makanya kalo main bola hati-hati dong!" Shera memberikan tatapan tajam kepada sekelompok anak laki-laki itu sebelum melempar bolanya kearah mereka. Shera kembali duduk disamping Terra. Bekal mereka telah habis, namun mereka masih ingin duduk dibawah pohon itu.
"Mm, Ter, kamu mau jadi apa kalo kamu sudah besar nanti?" tanya Shera. Matanya memandang langit yang berawan seakan-akan membayangkan apa yang akan ia lakukan ketika ia sudah dewasa.
"Entahlah," jawab Terra yang juga sedang memandang langit. "Dulu aku pernah bermimpi akan menjadi penyanyi karena aku suka sekali bernyanyi." lanjut Terra. "Kamu bisa bernyanyi? Coba dong, kamu nyanyi! Aku belum pernah dengar!" Kata Shera antusias sambil menatap Terra.
"Eh? Aku..aku hanya suka bernyanyi. Bukan berarti suaraku bagus." Shera menyerngitkan alisnya. "Tak apa! Aku hanya ingin dengar! Aku tidak akan mentertawakanmu! Aku juga ingin menjadi violinist terkenal! Nanti kalau sudah besar, kita berduet ya!" ajak Shera bersemangat. Terra tersenyum dan mengangguk kecil. "Janji?" Tanya Shera sambil menunjukan kelingkingnya. "Iya. Aku...janji," balas Terra sambil mengaitkan kelingking mereka.
***
Ia merasakan pundaknya di goyangkan oleh seseorang dan terdengar samar-samar suara orang tersebut. "-Ra, ayo bangun. Hari sudah siang, nih! Ter.., Terra," Terra menyerngitkan dahinya dan perlahan membuka kelopak matanya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan mulai berdiri dari tempat duduknya. "Mm, Raysha. Jam berapa sekarang?" tanya Terra. "Jam 7! Sana mandi, terus kita langsung ke Festival Paskah Beethoven." ujar Raysha sambil menyenggol pundak Terra lagi. "Iya..iya," Terra berjalan pelan menuju kamar mandi.
Setelah mengenakan pakaian yang menurutnya cukup pantas, ia berjalan keluar menemui Raysha yang sedang sarapan. "Wah, kamu cukup cantik mengenakan pakaian itu," puji Raysha yang tak ditanggap oleh Terra. Mereka melanjutkan sarapan dengan keheningan dan beberapa perkataan dari Raysha. "Ayo," ajak Terra yang diikuti Raysha.
Tak lama setelah mereka sampai di Istana Kerajaan dan Balai Konser Philharmonic, Festival Paskah Beethoven dimulai. Terdengar lagu-lagu klasik terkenal yang dimainkan oleh 30 musisi dari berbagai belahan dunia.
"Ah, Sorry," ucap Raysha ketika tak sengaja menyenggol orang disana. "Never mind," balas orang itu. "Ray, ada a..pa?" ucapan Terra terhenti ketika ia melihat siapa yang berada di dekat Raysha saat ini. "Oh, Terra. Tadi aku gak sengaja nyenggol orang ini." Perkataan Rayshapun diacuhkannya.
Mata Terra terbelalak lebar. "Shera?" tanya Terra pelan. Orang yang disebut sebagai Shera menyerngitkan alisnya pertanda dia bingung dan heran. "Kamu berasal dari Indonesia?" Tanya orang itu senang. Senyum muncul di wajahnya yang cantik itu. "Kamu...tidak ingat aku?" tanya Terra sedih. "Apa maksudmu? Aku memang tak mengenalimu. Mungkinkah kamu berpikir aku Shera?" tanya orang itu balik. Wajahnya berubah menjadi sedih. Terra terlihat makin bingung dengan perkataan gadis itu. 'Bukannya dia memang Shera?' Batinnya. Raysha yang tak tahu apa-apa hanya diam memperhatikan mereka berdua.
"Aku..saudara kembarnya," jawab orang itu pelan. Terra baru akan mengatakan sesuatu sampai gadis itu kembali berbicara. "Kau pasti bertanya kenapa dia tidak memberitahumu? Dulu orangtua kami bercerai. Shera diasuh oleh ayah kami dan aku diasuh oleh ibu. Oh ya, aku belum mempekenalkan diri. Aku Sahla," Orang yang bernama Sahla mencoba untuk tersenyum. Ia mengulurkan tangannya dan dijabat oleh Terra. "Terra," jawab Terra singkat. Ia memaksakan dirinya tersenyum.
"Shera...sudah meninggal." dan Terra tak dapat menahan rasa keterkejutannya. Beberapa tetes air mata meleleh melewati pipinya itu. Ia bahkan belum menepati janjinya untuk berduet bersama Shera. Dan dia belum meminta maaf pada Shera. Memori-memori akan perpisahannya dengan Shera kembali memenuhi pikirannya.
***
6 tahun yang lalu...
Di aula sebuah sekolah terlihat sangat ramai hari ini. Aula SMP Benih Harapan, tempat Terra dan Shera bersekolah sedang mengadakan acara. Acara perpisahan sekaligus kelulusan angkatan 29 di SMP Benih Harapan. Semua orang tua yang datang tersenyum haru melihat anaknya telah lulus dari SMP. Terra melihat teman-teman seangkatannya sedang berbicara akrab dengan orang tua mereka. Sejujurnya, ia iri. Orang tuanya bahkan lebih memilih mengurus perusahaan mereka di luar negeri daripada mengunjungi acara kelulusannya. Duk.. Seseorang menyentuh bahunya keras. Ia tahu itu adalah kebiasaan Shera. Ia berbalik dan melihat Shera menatapnya dengan senyum tulus. "Jangan terus memandang mereka seperti itu. Orang tuamu pasti memiliki alasan kuat untuk itu. Aku dengar kamu peringkat 4 seangkatan loh..." Shera selal tahu bagaimana cara menghibur Terra. Ia menggoda Terra terus-terusan membuatnya malu.
"Baiklah anak-anak, kita sampai pada acara kita selanjutnya. Acara Unjuk Bakat setiap kelas!" Dan terdengar sorak dan tepuk tangan meriah dari para murid. "Ssstt.. Kemarin saat kau tidak masuk, kami sekelas disuruh memilih siapa yang akan mengikuti acara unjuk bakat ini. Karena tidak ada yang mau, aku mengusulkan kamu sebagai penyanyi dan mereka semua setuju." bisik Shera kepada Terra. Terra merasakan jantungnya berdebar grogi dan keringat dingin mengucur dipelipisnya. "A..Apa?" lirih Terra. "Dan selanjutnya dari kelas 9.3!" seru pembawa acara. "Terra! Terra! Terra! Terra! Terra!" seluruh murid dari kelasnya menyorakan namanya. Tak terkecuali Shera. Terra di dirong maju oleh Shera keatas panggung. Ia melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju panggung dengan bergetar.
"Baiklah Shera, disini tertulis kamu akan bernyanyi. Apa yang akan kamu nyanyikan?" Tanya si pembawa acara. "Aku..aku..aku akan bernyanyi...emm. Twinkle Twinkle Little Star!" ujar Terra ragu. "Kenapa memilih lagu itu?" tanya si pembawa acara lagi. "Karena..karena.. lagu itu mengingatkan kita pada masa kecil. Jadi kita tidak akan melupakan masa kecil kita walau sudah beranjak dewasa." ujar Terra ragu lagi. "Baiklah mari kita mulai! 1! 2! 3!" berbagai alat musik mulai berbunyi. Namun, Terra tak kunjung bernyanyi. Ia menggenggam mic itu dengan erat. Sampai musik berhentipun ia tak kunjung bernyanyi. Semua menatap heran padanya. Terutama Shera. Ia memberanikan diri untuk berbicara. "Aku..aku..aku tidak bisa!" ucap Terra sedih. Air mata mulai mengucur di wajahnya. "Terra.." gumam Shera. Terra segera menjatuhkan mic itu dan berlari keluar dari aula sekolahnya.
Karena musik yang terlalu keras didalam, ia tak tahu bahwa keadaan diluar sedang hujan. Dengan nekat, dia menerobos derasnya hujan. "Terra!" seru seseorang. Terra berhenti dan berbalik. Disana Shera berjalan menuju dirinya tanpa membawa payung. Nekat menerobos hujan seperti Terra. "Kenapa? Kenapa kau tidak menunjukkan bakatmu Terra?" hujan membasahi keduanya. "Karena..aku tak bisa! Aku tak bisa bernyanyi!" ucap Terra pasrah. "Kau bisa bernyanyi.
Tapi kau tak mau menunjukannya." balas Shera. "Sejak awal kau ingin
bernyanyi. Hatimu berkata kau ingin bernyanyi. Hanya saja, kau terlalu
takut untuk mencobanya. Terlalu tak percaya diri! Kau menghancurkan
keparcayaan kami. Tak bisa diandalkan." ucap Shera tajam. "Dari awal aku
tak mau melakukannya! Kalian memintaku tanpa meminta persetujuanku!
Aku...Aku takut! Aku..tak bisa..Aku tak bisa melakukannya." balas Terra.
"Kalau begitu...aku juga tak bisa...Aku juga tak bisa berteman
denganmu..Aku tak bisa berteman dengan seorang pecundang!" Kalimat
terakhir Shera sangat menyakiti hatinya. Tangisannya pecah bersamaan
dengan Shera yang melangkah menjauhinya. Air matanya bahkan tak dapat
dibedakan dengan air hujan. Ia terus berdiri disana menatap pintu
gerbang sekolahannya. Tak ada yang menemuinya lagi. Tak ada. Hanya hujan
yang menemaninya menangis. Dan angin yang berhembus seiring dengan
mendinginnya hati Terra.
***
Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan baru menyadari bahwa sekarang dia berada di kamarnya. "Kau sudah bangun?" Tanya Raysha pelan. Ia mengangguk lemah dan berharap apa yang baru saja dialaminya tadi hanya mimpi. "Apa tadi...aku pingsan?" Tanya Terra. Raysha tersenyum lembut dan mengangguk. "Berarti semuanya benar-benar terjadi. Apa yang dikatakannya saat aku pingsan tadi?" Raysha menunduk sebentar dan menjawab, "Baiklah kalau kau ingin tahu. Sahla bilang Shera meninggal 6 tahun yang lalu." Mata Terra kembali melebar. Berarti..."Ia meninggal saat sehari setelah kelulusannya. Dia ingin memberikanmu surat sebagai tanda permintaan maafnya. Tapi, dia lebih memilih menyelamatkan seorang anak kecil yang berada di tengah jalan raya. Ia ingin memberikan ini untukmu," Raysha menyodokan selembar amplop putih yang telah kusut dan agak kotor.
'Hi, Terra. Aku tahu ucapanku kemarin terlalu berlebihan. Aku hanya ingin menumbuhkan rasa percaya dirimu. Aku memang salah. Seharusnya aku meminta pendapatmu dulu sebelum bertindak. Aku pernah mendengar rekaman suaramu di HP mu. Suaramu bagus, Terra! Sangat bagus! Kenapa kau tidak bernyanyi saja sih.
***
Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan baru menyadari bahwa sekarang dia berada di kamarnya. "Kau sudah bangun?" Tanya Raysha pelan. Ia mengangguk lemah dan berharap apa yang baru saja dialaminya tadi hanya mimpi. "Apa tadi...aku pingsan?" Tanya Terra. Raysha tersenyum lembut dan mengangguk. "Berarti semuanya benar-benar terjadi. Apa yang dikatakannya saat aku pingsan tadi?" Raysha menunduk sebentar dan menjawab, "Baiklah kalau kau ingin tahu. Sahla bilang Shera meninggal 6 tahun yang lalu." Mata Terra kembali melebar. Berarti..."Ia meninggal saat sehari setelah kelulusannya. Dia ingin memberikanmu surat sebagai tanda permintaan maafnya. Tapi, dia lebih memilih menyelamatkan seorang anak kecil yang berada di tengah jalan raya. Ia ingin memberikan ini untukmu," Raysha menyodokan selembar amplop putih yang telah kusut dan agak kotor.
'Hi, Terra. Aku tahu ucapanku kemarin terlalu berlebihan. Aku hanya ingin menumbuhkan rasa percaya dirimu. Aku memang salah. Seharusnya aku meminta pendapatmu dulu sebelum bertindak. Aku pernah mendengar rekaman suaramu di HP mu. Suaramu bagus, Terra! Sangat bagus! Kenapa kau tidak bernyanyi saja sih.
Tahu tidak, semua murid di kelas kita merasa bersalah loh, denganmu! Aku harap kamu mau memaafkan mereka dan juga aku. Aku sengaja mengucapkan maafku melalui surat ini karena aku masih malu bertemu denganmu kerana kejadian kemarin. Aku merasa tidak pantas dimaafkan. Hehehe... maafkan aku dan yang lainnya ya? :)'
Terra meneteskan air mata dalam diam. Tak terdengar isak tangisnya. 'Andaikan kau tahu Shera, aku sudah memaafkanmu bahkan aku berterima kasih padamu. Setelah kejadian itu, aku berubah menjadi gadis yang pemberani dan percaya diri. Terima kasih ya... Aku juga minta maaf karena dulu tidak dapat diandalkan dan telah membuat kalian malu. Kau tahu...sekarang aku sudah menjadi penyanyi terkenal dan satu lagi. Aku minta maaf karena tidak dapat melaksanak janji kita..' Dan Terra tersenyum tulus. Senyum tulus yang pertama kali ini ia berikan.
asal usul kota banyuwangy
Asal Usul Kota Banyuwangi
Pada
zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah
kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan
bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama
Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. “Pagi hari
ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu,” kata Raden
Banterang kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu siap, Raden
Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika
Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di
depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia
terpisah dengan para pengiringnya.
“Kemana
seekor kijang tadi?”, kata Raden Banterang, ketika kehilangan jejak
buruannya. “Akan ku cari terus sampai dapat,” tekadnya. Raden Banterang
menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu
tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah sungai yang sangat bening airnya.
“Hem, segar nian air sungai ini,” Raden Banterang minum air sungai itu,
sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan sungai.
Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan
seorang gadis cantik jelita.
“Ha?
Seorang gadis cantik jelita? Benarkah ia seorang manusia? Jangan-jangan
setan penunggu hutan,” gumam Raden Banterang bertanya-tanya. Raden
Banterang memberanikan diri mendekati gadis cantik itu. “Kau manusia
atau penunggu hutan?” sapa Raden Banterang. “Saya manusia,” jawab gadis
itu sambil tersenyum. Raden Banterang pun memperkenalkan dirinya. Gadis
cantik itu menyambutnya. “Nama saya Surati berasal dari kerajaan
Klungkung”. “Saya berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari
serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota
kerajaan,” Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu, Raden Banterang
terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu,
Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana. Tak
lama kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia.
Pada
suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar
istana. “Surati! Surati!”, panggil seorang laki-laki yang berpakaian
compang-camping. Setelah mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa
yang berada di depannya adalah kakak kandungnya bernama Rupaksa. Maksud
kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam,
karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya. Surati menceritakan
bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah berhutang budi.
Dengan begitu, Surati tidak mau membantu ajakan kakak kandungnya.
Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat memberikan
sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. “Ikat kepala ini harus
kau simpan di bawah tempat tidurmu,” pesan Rupaksa.
Pertemuan
Surati dengan kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang,
dikarenakan Raden Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden
Banterang berada di tengah hutan, tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan
oleh kedatangan seorang lelaki berpakaian compang-camping. “Tuangku,
Raden Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya yang direncanakan oleh
istri tuan sendiri,” kata lelaki itu. “Tuan bisa melihat buktinya,
dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat
peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk
membunuh Tuan,” jelasnya. Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki
berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah
Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera
pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung
menuju ke peraaduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah
diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di
hutan. “Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau
merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat
kepala ini!” tuduh Raden Banterang kepada istrinya. “ Begitukah
balasanmu padaku?” tandas Raden Banterang.”Jangan asal tuduh. Adinda
sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi minta tolong
kepada seorang lelaki!” jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada
pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan
hidupnya. Nah, sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu
ingin mencelakakan istrinya.
Raden
Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah
tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan
seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun
menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian
compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya. “Lelaki itu adalah
kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala kepada
Adinda,” Surati menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh hatinya.
Namun, Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan
dirinya. “Kakanda suamiku! Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda
rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada
Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung
Adinda bernama Rupaksa,” ucap Surati mengingatkan.
“Kakak
Adindalah yang akan membunuh kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi
Adinda tolah!”. Mendengar hal tersebut , hati Raden Banterang tidak cair
bahkan menganggap istrinya berbohong.. “Kakanda ! Jika air sungai ini
menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi,
jika tetap keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah!” seru Surati.
Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu mengada-ada. Maka, Raden
Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan
itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang.
Tidak
berapa lama, terjadi sebuah keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar
sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara
gemetar. “Istriku tidak berdosa! Air kali ini harum baunya!” Betapa
menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, dan
menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.
Sejak
itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi.
Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian
menjadi nama kota Banyuwangi.
cara membuat email
A. Cara Membuat Email Gratis di Gmail (Google Mail)
Ini adalah layanan email gratis favorit
saya. Selain bisa membuat email dengan gratis, kita juga bisa membuat
akun Google plus dengan mudah bila sudah memiliki akun Gmail.
1. Langkah pertama, kunjungi situs Google mail
2. Klik tombol “Create an account” atau “Buat akun” yang ada di sebelah kanan atas halaman Google mail.
Buka Spoiler »3. Isi kolom-kolom yang ada pada halaman pengisian dengan data Anda:
- Nama: isi dengan nama lengkap Anda, nama depan dan nama belakang
- Pilih nama pengguna Anda: isi dengan alamat email yang Anda inginkan
- Buat sandi: isi dengan sandi yang tidak mudah ditebak, tapi mudah Anda ingat
- Konfirmasi sandi Anda: ulangi memasukkan sandi Anda sebelumnya
- Tanggal lahir: isi dengan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran Anda
- Gender: pilih yang sesuai dengan jenis kelamin Anda
- Ponsel: isi dengan nomor HP Anda untuk keamanan
- Buktikan bahwa Anda bukan robot: isi dengan kode (2 kata dengan spasi) yang ada di halaman tersebut
- Lokasi: isi sesuai dengan negara tempat Anda tinggal
- Centang kolom menyetujui persyaratan dan kebijakan dari Google
- Klik tombol “Langkah berikutnya”
4. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan
profil Anda dengan menambahkan foto profile Anda. Untuk menambahkan
foto, silahkan klik tombol “Tambahkan Foto Profil”. Anda bisa memasukkan
foto dari komputer. Setelah selesai mengatur foto profil, klik tombol
“Langkah berikutnya”.
Buka Spoiler »
5. Voila, akun email di Google sudah
selesai dibuat. Silahkan klik tombol “Lanjutkan ke Gmail” untuk masuk ke
halaman email Anda.
Buka Spoiler »B. Cara Membuat Email di Yahoo Mail
Layanan email gratis dari Yahoo sangat
banyak digunakan orang. Selain email gratis, kita juga otomatis akan
bisa mendaftar ke layanan Yahoo Messenger untuk chating.
1. Langkah pertama, kunjungi situs Yahoo mail
2. Klik tombol “Buat Account Baru” di bagian atas kanan halaman Yahoo mail.
Buka Spoiler »
3. Isi kolom-kolom yang disediakan dengan memasukkan data Anda:
- Nama: isi dengan nama lengkap Anda, nama depan dan nama belakang
- Pilih ID Yahoo!: pilih alamat email yang Anda inginkan di Yahoo
- Pilih kata sandi: isi dengan sandi yang Anda inginkan dan mudah diingat
- Ketik ulang kata sandi: masukkan lagi sandi Anda
- Saya lahir pada: isi dengan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran Anda
- Saya tinggal di: pilih negara dimana Anda tinggal
- Ponsel: isi dengan nomor HP Anda, untuk keamanan
- Email Alternatif: isi bila Anda punya email lain, kosongkan bila memang tidak ada
- Klik tombol “Buat akun saya”
3. Langkah selanjutnya adalah mengisi
pertanyaan rahasia, ini dibutuhkan untuk menjaga keamanan akun email
Yahoo Anda. Di sini Anda harus memilih pertanyaan dari pertanyaan 1 dan
2, serta tentukan jawaban Anda. Pilihlah pertanyaan yang jawabannya
mudah Anda ingat. Dan jangan lupa mengisi nomor ponsel Anda pada kolom
yang sudah disediakan. Pada halaman ini Anda juga perlu untuk memasukkan
kode anti spam. Setelah selesai mengisi kolom-kolom yang disediakan,
klik tombol “Selesai”.
Buka Spoiler »
4. Voila, email Anda di Yahoo sudah
selesai dibuat. Langkah selanjutnya Anda bisa klik tombol “Persiapan
Awal” untuk masuk ke halaman email Anda.
Buka Spoiler »C. Cara Membuat Email di Hotmail
Layanan email gratis Hotmail ini
disediakan oleh Microsoft.com. Memang tidak sepopuler Gmail dan Yahoo
mail, tapi layanan ini sangat banyak digunakan orang.
1. Langkah pertama, buka situs Hotmail
2. Klik tombol “Sign up now” pada bagian kanan bawah halaman Hotmail.
Buka Spoiler »
3. Isi kolom-kolom yang disediakan dengan memasukkan data Anda:
- Name: isi dengan nama depan dan nama belakang Anda
- Birth date: isi dengan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran Anda
- Gender: pilih jenis kelamin
- Microsoft account name: isi dengan alamat email yang Anda inginkan di akun Microsoft Anda
- Create password: isi dengan sandi yang Anda inginkan
- Reenter password: masukkan kembali sandi Anda
- Phone number: isi dengan nomor HP Anda, untuk keamanan akun email
- Alternate email address: isi dengan alamat email Anda yang lain, kosongkan bila tidak ada. Bila Anda tidak mengisi email alternatif maka Anda harus mengisi pertanyaan dan jawaban rahasia untuk menjaga keamanan akun email Anda.
- Country region: pilih negara tempat tinggal Anda
- Postal code: isi dengan kode pos Anda
- Enter the characters you see: isi dengan karakter yang Anda lihat, ini untuk mencegah spam
- Lalu klik tombol “I Accept”
4. Tadaaaa, akun email Anda di Hotmail sudah jadi. Langkah selanjutnya Anda bisa klik tombol “Continue to inbox” untuk melihat halaman email Anda.
Buka Spoiler »
Demikianlah informasi singkat cara
membuat email baru di Gmail, Yahoo mail, dan Hotmail. Mudah-mudahan
artikel ini bisa membantu Anda dalam membuat akun email baru dengan
mudah dan cepat. Terimakasih sudah membaca artikel saya :)
legenda 7 manusia harimau
Cerita Legenda 7 Manusia Harimau
Namun demikian, hal-hal seperti itu sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, namun telah menjadi bagian dari budaya semua negara di dunia. Hanya saja mungkin implementasi dan penerapannya saja yang berbeda.
Di Afika misalnya, hal-hal yang berbau mistis seperti santet lebih dikenal dengan istilah Voodo, di Negara-bagara barat seperti di Amerika yang sudah terkenal sebagai negara modern dan maju masih percaya istilah ‘Black Magic’, sedangkan di Arab lebih dikenal dengan sebutan ‘sihir’ dan sudah ada sejak zaman Nabi.
Di Indonesia dikenal dengan berbagai istilah seperti teluh, santet, pelet dan lain-lain tapi memiliki tujuan berbeda sesuai keingian mereka yang melakukan. Lelaku atau perbuatan seperti memanfaatkan kekuatan ghaib yang umumnya melibatkan makhluk halus berupa jin dan setan. Untuk memanfaatkan makhluk halus (jin) seseorang harus melakukan lelaku yang tidak ringan sehingga bisa menaklukan jin dan setan sebagai kaki tangan
Latar Belakang Kisah 7 Manusia Harimau
Kisah 7 manusia harimau diambil dari sebuah novel Karya Motinggo Boesje, Lahir di Kupang Kota, Lampung 21 November 1937. Novel karangan Motinggo Boesje berlatar belakang sebuah budaya yang ada di sebuah Desa bernama Desa Kumayan Jati di wilayah pedalaman Sumatera Selatan.
Kisah itu menceritakan tentang 7 manusia harimau yang ada di Desa Kumayan. Sepak terjang mereka membuat desa tersebut sebagai desa yang paling di segani dan ditakuti semua orang terutama orang-orang orang baru yang hendak menetap didesa tersebut.
Karena bagi mereka yang hendak tinggal di Desa tersebut harus tunduk dengan segala aturan yang berlaku sesuai kehendak penguasa yang ada di sana yang tak lain adalah orang-orang pintar yang bisa menjelma menjadi manusia harimau. Kisah itu bermula sejak kedatangan seorang pemuda bernama ‘Gumara’ seorang pemuda berprofesi sebagai guru SMA yang di tugaskan di Desa tersebut.
Gumara sendiri tak lain adalah salah satu dari 7 manusia harimau atau cikal bakal Manusia harimau Desa Kumayan. Hanya saja Gumara yang sejak kecil tinggal di Jakarta bersama ibunya tidak menyadari kalau dirinya adalah bagian dari harimau yang ada di Desa tersebut.
Sosok pemuda ganteng dan rendah hati itu tak pernah menampakkan bahwa dirinya memiliki kelebihan dan bisa menjelma menjadi harimau, sehingga ia selalu bersikap rendah hati dan ramh pada siapapun. Ia juga selalu berusaha untuk menahan diri agar tidak marah yang dapat memicu dirinya berubah wujud menjadi manusia harimau.
Namun sejak Gumara tinggal di Desa Kumayan dan menjadi guru di salah satu sekolah menengah atas, ada banyak hal yang menimpa dirinya dan termasuk harus menghadapi orang-orang yang tidak menginginkan kehadirannya di Desa tersebut seperti di teluh oleh istri mantan guru tempat ia mengajar dan dimusuhi pemuda yang menaruh hati pada anak Lebai Karat karena cemburu.
Kamis, 19 Maret 2015
cerita hantu
MyMisteri Leony Li - Kejadian ini di
sekitar tahun 2002-an, disaat itu saya masih duduk di bangku sekolah SMA. Waktu
itu saya tinggal bersama dengan tante saya di Riau Bengkalis. Karena rumah
tante mau dibangun ulang. Dan demi menyambung kenyamanan hidup, kami menyewa
sebuah rumah. Yang layaknya berlindung dari teriknya mentari dan dinginnya
embun malam.Awalnya, kami pindah ke rumah yang kami nyewa itu tidak ada
kejanggalan apa-apa. tapi kalau melihat kondisi rumah, memang ada sedikit
angker, itu pun hanya menurut saya. setelah memasuki tiga bulan lamanya,
kejadian aneh mulai mengusik kehidupan kami. Kejadiannya adalah, bau busuk yang
begitu menusuk hidung, tapi, dicari-cari tidak menemukan bau tersebut.
mungkin karena rumah lama, apalagi begitu banyak sela-sela
yang sukar ditelusuri, dan yang dapat kami pastikan adalah bau busuk itu
datangnya dari luar rumah. Lantaran bau itu juga bersifat sementara. Setelah
beberapa hari, bau itu pun hilang dari indra ciuman kami.Setelah seminggu
kemudian, kejadian aneh datang lagi, kali ini adalah ditengah malam, kala itu,
tante saya lagi sakit (panas tinggi). Melihat kondisi tante saya dan apalagi
anaknya besok pagi harus bekerja, maka itu saya pun menukar peran buat anak
tante saya, mengantikan menjaga ibunya.Sedetik demi sedetik waktu berjalan,
tidak terasa, jam dinding telah menunjukkan 23:45-wib. mungkin karena cuaca
yang panas, serasa mata pun tidak bersahabat untuk di ajak tidur. karena
itulah, yang dapat saya lakukan hanyalah nonton tv. "Malam minggu yang membosankan."
Bisik saya dalam hati.
Setelah waktu berjalan kira-kira 00:35-wib, saya
mendengar ada suara di rumah belakang kami, seperti ada seseorang yang
melakukan pembersihan alat makanan. Merasa sangat aneh dengan suara tersebut,
sejenak pemikiran saya terlintas, "jangan-jangan ada maling yang masuk?
kan sekarang ini banyak kasus pencurian yang sering saya dengar dari sana
sini."Untuk memastikan pemikiran saya itu benar atau salah, setidaknya
harus membuktikan asal suara itu. Dengan langkah kaki pelan-pelan saya
mendekati pintu belakang, Setelah saya membuka pintu, ternyata dibelakang tidak
ada siapa-siapa. "Mungkin saya salah dengar, atau saja ada tikus yang lagi
cari makanan," desis saya. Dan saya pun kembali kekamar.Setelah matahari
mulai terlihat dari ufuk timur, menandakan malam telah berganti dengan pagi,
dengan suasana begitu cerah di pagi itu. Lagi-lagi saya di buat kaget oleh
sebuah pemandangan, ya, saya melihat alat-alat makanan itu pecah semua.
"Lho? kok pecah semua? apakah tikus yang melakukan?" Pikir saya.
puisi (waktu yang akan menjawab)
WAKTU YANG KAN MENJAWAB
Oleh Alyan Altra
Masih ingatkah saat kita bersama dahulu
Mengikat tali persahabatan dengan begitu erat..
Yang mungkin tak seorangpun bisa melepasnya.
Untuk memisahkan kita semua.
Namun detik demi detik kian berlalu.
Semua telah hilang di telan zaman.
Bagaikan dedaunan yang terurai tanah.
Yang tak bisa kembali seperti semula.
Saat hati ini teringat pada kalian
Saat itu pula air mata ini keluar menetes
Saat mata ini melihat semua kenangan
Saat itu pula ku ingin bersama kalian
Apakah kita masih mampu bersama..?
Bercanda dan tertawa seperti dahulu lagi.
Namun, apakah itu hanya sebatas angin yang kian berlalu ?
Cuma waktu yang bisa menjawab itu semua.
Oleh Alyan Altra
Masih ingatkah saat kita bersama dahulu
Mengikat tali persahabatan dengan begitu erat..
Yang mungkin tak seorangpun bisa melepasnya.
Untuk memisahkan kita semua.
Namun detik demi detik kian berlalu.
Semua telah hilang di telan zaman.
Bagaikan dedaunan yang terurai tanah.
Yang tak bisa kembali seperti semula.
Saat hati ini teringat pada kalian
Saat itu pula air mata ini keluar menetes
Saat mata ini melihat semua kenangan
Saat itu pula ku ingin bersama kalian
Apakah kita masih mampu bersama..?
Bercanda dan tertawa seperti dahulu lagi.
Namun, apakah itu hanya sebatas angin yang kian berlalu ?
Cuma waktu yang bisa menjawab itu semua.
Langganan:
Postingan (Atom)