Senin, 30 Maret 2015
cerita motivasi
Di meja sebelah ranjang kamarnya. Yang menurut dika adalah meja belajar. Walaupun butut dan kaki kakinya sedikit keropos. Dika menulis. Menuangkan ide brillian. Yang ada di otak jeniusnya. Tangannya menuntun pena untuk menari nari di atas kertas. Goresan penanya membentuk huruf. Menyatu menjadi sebauh kata. Terangkai menjadi sebuah kalimat. Terbentuklah coretan coretan yang berantakan, acak dan tak karuan. Yang nantinya akan menjadi sebuah tulisan. Cerpen.
—
Ia bangun jam tiga pagi. Walaupun agak berat, males dan dingin. Yang membuatnya ingin tidur lagi. Namun sekarang ia bangun. Memaksakan diri. Dan akhirnya berhasil. Dia mematikan alarm hpnya. Setelah berbunyi berderai kencang. “Akhirnya aku bisa bangun jam 3”, kata dika dalam hati.
Hari hari Sebelumnya. Dika berusaha membiasakan diri bangun jam tiga. Namun gagal. Malamnya dika mengaktifkan alarm di hpnya. Dengan nada keras dan waktu tundanya sepuluh menit. Lalu ia tidur.
Pohon cemara, damar dan pinus menancap di badan bukit yang miring. Udaranya begitu segar. Alam pegunungan yang begitu indah. Membawa suasana romantis. Bagi setiap pasangan yang mendatanginya.
Dika dan orang yang dicintainya. Karin. Yang selama ini ia kejar. Mereka berdiri di puncak bukit. Menikmati keindahan alam. Yang membuatnya bahagia.
Aduh hangatnya, Pikir dika. Ketika dirinya sedang berpelukan dengan orang yang dicintainya. Pelukannya sangat erat. “karin, kita akan selalu bersama. percayalah”, bisik dika.
“iya sayang”, desah karin. Lirih.
Tiba tiba dika mendengar sebuah suara “Drrrrr Drrrrr, ting tong ting tong, tolelit, tolelit, tolelit”, Suara itu benar benar Memekik telinganya. Suara itu terus berderai. Kencang. Lalu dika tersadar. Mendapati dirinya sedang memeluk bantal gulingnya. Dia bangun dari tidurnya.
Argh!!! menganggu, gerutu kesal dika. Karena alarmnya membuyarkan mimpi indahnya. Dika pun mematikan alarmnya dan kembali tidur lagi. Sepuluh menit kemudian. Alarmnya berbunyi lagi. Derai kencangnya membangunkan dirinya dan kakeknya. Yang kamarnya bersebelahan. Dengan pembatas dinding tembok. “aduh”, rintih kakeknya dika kesakitan.
“berisik!!!, nganggu wong turu tok. Mbudegi kuping( berisik!!!, mengganggu tidur orang saja. Penging di kuping”, ujar kakeknya. Yang kebetulan sedang sakit gigi.
Mampus aku, kata dika sambil menepok jidatnya.
Lalu dika men-off kan alarmnya. Dia tidur lagi. Plong. Dia bangun kesiangan.
Waduh!, kenapa aku nggak bangun jam tiga?. Ah, sia sia, dika menyesal. Mau tidak mau ia harus mandi, makan dan berangkat sekolah. Walaupun nggak mood.
—
“bro, Aku kok susah ya bangun jam tiga pagi. Awalnya alarm berbunyi. Aku lalu bangun. Kemudian aku tidur lagi. Berulang ulang aku mengalaminya. Sulit rasanya. Untuk bangun jam tiga”, dika tampak lesu. “bagaimana ini bro?”
“ketika kau ingin bangun jam tiga. Sebelum tidur. Kau harus berkata pada diri sendiri. ‘aku bangun jam tiga, aku bangun jam, aku bangun jam tiga.’, ucakan secara berulang ulang. Hingga terasa ngantuk”, ujar temannya dika. Roni
“serius?”
“enggak”
“hmmm. Kau sudah pernah mencobanya?”
“Tinggal coba aja kok. Aku sering melakukannya.”
Awalnya dika ragu. Apakah benar yang dikatakan roni?, pikir dika sebelum tidur. Setelah pikiran dika penuh pertimbangan. Akhirnya dia mencoba. “aku pasti bisa!”, kata dika. Ia yakin, bahwa ia akan berhasil. Dika pun tidur.
Benar. Tepat jam tiga. Dika bangun. Dengan spontan. Tanpa alarm. Tanpa ada yang membangunkannya.
Setelah bangun. Dika pun mencuci muka, berwudhu. Selanjutnya dika sholat tahajud, sholat hajat dan menulis.
Dika terus menulis. Sudah empat lembar tulisan dika sampai. Apa yang dilakukan dika sudah di tengah jalan. Mungkin tulisan ini tiga lembar lagi, pikir dika. Menebak nebak. Di saat saat seperti inilah. Dika harus melawan dirinya sendiri. Beban pikiran mulai bermunculan. Apakah saya bisa menyelesaikan ini?. beban pikiran perlahan lahan mulai keluar.
Satu per satu beban itu keluar. Dika berusaha membuyarkannya. Namun beban pikiran itu terus bermunculan. Tak henti henti. Hingga mendinginkan semangat dirinya yang membara.
Dika tak ingin seperti dulu lagi. Ketika ia menulis. Sampai paragraf satu. Dika pun berhenti, ngeblank, kehabisan ide. Tak tau apa yang harus ia tulis lagi. Alih alih dika merenung. “ketika kau ingin bisa menulis. Ya, menulislah”, kata kata penulis terkenal muncul di pikiran dika. Namun dika bingung. Harus menulis apa?, dika bertanya dalam hati.
Entah disambet setan apa. Dika kesal. Merobek, meremas remas kertas yang berisi tulisan yang ia tulis. Menjadi bulatan bola kertas. Dan membuangnya ke tempat sampah. Apa yang dialami dika. Terus berulang ulang. Dalam hal yang sama. Menulis, ngeblank, marah, merobek dan meremas remas tulisannya.
“bodoh!”, dika memaki maki dirinya sendiri.
“Mungkin aku tak mempunyai bakat menulis, dika terus menghakimi dirinya sendiri. Aku tak bisa apa apa. Aku tak mempunyai bakat apa pun.”
“Pagi yang sial!”, dika kesal.
Semangat dika semakin meredup.
Dika memutuskan untuk berhenti menulis. Kembali ke kebiasaan buruknya. Malas malasan, makan, tidur, makan, tidur lagi. Lalu facebookan. Sehabih pulang sekolah sampai maghrib. Namun karena telah membaca sebuah status milik temannya. Dika pun jadi iri. Dirinya memanas. Terbakar keiriannya.
“horeee, cerpennya aku masuk majalah story. Sob, besok makan makan ya, lumayan honornya”, status itu spintas seperti mengejek dika. Seolah olah tulisan itu hidup. Keluar dari layar hpnya dika. Menjalarkan lidah, yang amat panjang. Sambil mele mele ke hadapan dika.
Anj*ng, kenapa dia bisa berhasil. Ah, tidak. Terkutuklah dika. Semakin mengecil. Melemas. Di kuasai keiriannya. Lalu memanas. Semakin membara. Lalu dia mengambil pena dan buku diarynya. Yang berisi kumpulan cerpen. Yang pernah ia tulis. Dika pun sekilas membaca cerpen yang pernah ia tulis. Dia ketawa melihat tulisannya. Betapa lucunya tulisanku. Ternyata tulisanku benar benar bagus, kata dika bangga.
“ternyata aku mempunyai bakat menulis”, kata dika.
Langit senja berwarna jingga. ronanya membara. Bara ronanya. Menjilat dika. Tersengatlah dika. Memanas. Berkobar kobar. Untuk merangkak ke depan. Kembali menuangkan ide. Menulis. Ia kembali semangat lagi.
Lalu dia membuka lembaran kertas kosong. Dia ancang ancang untuk menulis. Awalnya dia bingung. Mau menulis apa ya?, pikir dika penuh pertimbangan.
“kalo ingin bisa menulis, ya menulislah”, kata kata penulis terkenal itu terlintas di benak dika. Seperti suara pesawat yang melintas di langit. Yang membuatnya dika menatap ke atas. Untuk memandangi pesawat itu. Setelah berfikir panjang. Akhirnya dika pun menulis judul cerpennya. “Dika and dream”.
Setelah berlembar lembar tulisan dika tercapai. Penyakit menulisnya muncul kembali. Ngeblank. Aku tak boleh menyerah, pikir dika mencegahnya. Ia pun memutuskan untuk berhenti. Menenangkan pikirannya. Aku tak boleh menyerah, kata dika.
Nafasnya ditarik panjang panjang. Di keluarkannya pelan pelan. Ia sigap dari tempat duduknya. Berdiri. Mondar mandir. Di dalam kamarnya.
Berkali kali ia mondar mandir. Tak terhitung. Cukup lama. Galau yang ia rasakan. Pikirannya berantakan tak tertata. Ia sekarang bingung. Harus berbuat apa?. Aku tak boleh menyerah, ucapnya sekali lagi.
Dalam hati ia berkata penuh keyakinan “aku pasti bisa!, aku pasti bisa!, aku pasti bisa!”
Ia kembali duduk. Matanya menatap langit langit kamarnya. Yang terlihat hanyalah. Eternit yang bolong. Di gerumuri ramat. Di gantunginya laba laba. Ah, tak penting juga. Menatap laba laba itu, pikir dika. Sambil memalingkan pandangannya. Terhadap laba laba itu.
Kemudian matanya tertuju. Pada tembok kamarnya. Yang berada di depan mata. Sebuah kertas manila. Berwarna putih. Yang usang. Berdebu.
“petiklah sebuah mimpi, tampunglah dalam sebuah kepercayaan, bawalah dengan tindakan”, tulisan itu terangkai di kertas yang menempel di tembok itu.
Dika terus menatapnya. Ia tau apa maksud tulisan itu. Ia benar, kata dika dalam hati. Aku harus mempunyai mimpi, aku harus mempercayai mimpiku ini bahwa akan terwujud,dan aku harus bertindak untuk mengejar mimpi mimpiku ini. Ya, aku tau. Tambahnya.
Di benak dika terus berkecamuk berbagai macam pikiran. Bagaimana nantinya kalau mimpi mimpiku tak tergapai?. Apa anggapan ibuku, ayahku, tetanggaku dan orang orang kalau aku tak mempunyai mimpi. Orang pasti beranggapan bahwa aku tak ada gunanya. Yang menyusahkan mereka. Bayang bayang itu terus menghakimi dika. Penghakiman itu benar benar membuat dirinya terbakar. Emosinya meletup. Meledak. Doar!!!
“Ah tidak!!!, kedua tangan dika memegang kepalanya. Aku tak boleh menyerah, tak boleh!. Semua orang pasti akan bangga padaku. Tunggu saja”, gerutu kesal dika. Penuh khayal Setelah emosinya meledak.
Tanpa berbasa basi. Juga tanpa berpikir panjang. Dika pun kembali melanjutkan tulisannya. Tulisan tentang dirinya yang sedang mengejar mimpinya. Aku pasti bisa!, menyelesaikan tulisan ini, kata dika dalam hati. Penuh keyakinan. Aku pasti bisa!, aku pasti bisa!, aku pasti bisa!, ucapnya secara berulang ulang.
Rona senja yang berwarna jingga semakin meredup. Termakan pintu pintu gelapnya malam. Namun gelapnya malam. Tak memakan semangatnya dika. Malah ia semakin semangat. Api semangatnya berkorbar terus membara.
cerpen persahabatan
Maaf dan Terimakasih - Cerpen Persahabatan Sedih
Karya Nita
"Hmm," terllihat seorang perempuan menggeliat di atas ranjangnya. Ia
merubah posisinya menjadi duduk. Ia menghela napas panjang dan memandang
jendela besar di sebelah kiri ranjangnya. Gelap. Hanya ada bintang dan
bulan yang menghiasi malam kelamnya. Terdengar suara air yang
bersentuhan dengan tanah secara teratur. Melodi yang damai dan
menenangkan. Ia melirik jam digital yang terdapat di sebelahnya. "Haah,
aku bangun tengah malam lagi," gumamnya setelah melihat jam yang
menunjukan pukul 02.36. Sudah menjadi kebiasaannya beberapa hari
terakhir untuk bangun larut malam. Ia tidak mempermasalahkannya lagi dan
mulai berjalan kearah jendela untuk duduk disana. Menyingkirkan
tirainya dan membukanya. Memandang hujan yang turun dengan derasnya.
Juga semilir angin yang menghantam wajahnya.
Ia memejamkan matanya, berusaha untuk menikmati keseluruhannya. Memori-memori itu terlintas dibenaknya lagi. Musik. Senyumannya. Kejadian yang dramatis dibawah hujan yang lebat. Dimana semua orang lebih memilih untuk berlindung daripada melawan dinginnya angin. Air mata yang menyatu dengan air hujan. Mengalir dan terjatuh di tanah. Janji yang terucap yang bahkan ia tak tahu bagaimana melaksanakannya.
![]() |
Maaf dan Terimakasih |
***
9 tahun lalu...
Terlihat dua orang anak gadis yang sedang memakan makan siangnya di bawah pohon besar. Mereka asyik bercengkrama dan sesekali tertawa. Senyum selalu menghiasi wajah kedua gadis itu. Pohon besar itu adalah saksi bisu keakraban mereka. BUKK!! Sebuah bola menghantam salah satu dari gadis itu.
"Terra, kamu gak apa-apakan? Siapa yang nendang bola ini?!" teriak gadis berambut panjang. "Aku gak apa-apa kok, Sher. Santai aja. Paling mereka gak sengaja." jawab orang yang bernama Terra dengan senyum. "Iya. Makanya kalo main bola hati-hati dong!" Shera memberikan tatapan tajam kepada sekelompok anak laki-laki itu sebelum melempar bolanya kearah mereka. Shera kembali duduk disamping Terra. Bekal mereka telah habis, namun mereka masih ingin duduk dibawah pohon itu.
"Mm, Ter, kamu mau jadi apa kalo kamu sudah besar nanti?" tanya Shera. Matanya memandang langit yang berawan seakan-akan membayangkan apa yang akan ia lakukan ketika ia sudah dewasa.
"Entahlah," jawab Terra yang juga sedang memandang langit. "Dulu aku pernah bermimpi akan menjadi penyanyi karena aku suka sekali bernyanyi." lanjut Terra. "Kamu bisa bernyanyi? Coba dong, kamu nyanyi! Aku belum pernah dengar!" Kata Shera antusias sambil menatap Terra.
"Eh? Aku..aku hanya suka bernyanyi. Bukan berarti suaraku bagus." Shera menyerngitkan alisnya. "Tak apa! Aku hanya ingin dengar! Aku tidak akan mentertawakanmu! Aku juga ingin menjadi violinist terkenal! Nanti kalau sudah besar, kita berduet ya!" ajak Shera bersemangat. Terra tersenyum dan mengangguk kecil. "Janji?" Tanya Shera sambil menunjukan kelingkingnya. "Iya. Aku...janji," balas Terra sambil mengaitkan kelingking mereka.
***
Ia merasakan pundaknya di goyangkan oleh seseorang dan terdengar samar-samar suara orang tersebut. "-Ra, ayo bangun. Hari sudah siang, nih! Ter.., Terra," Terra menyerngitkan dahinya dan perlahan membuka kelopak matanya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan mulai berdiri dari tempat duduknya. "Mm, Raysha. Jam berapa sekarang?" tanya Terra. "Jam 7! Sana mandi, terus kita langsung ke Festival Paskah Beethoven." ujar Raysha sambil menyenggol pundak Terra lagi. "Iya..iya," Terra berjalan pelan menuju kamar mandi.
Setelah mengenakan pakaian yang menurutnya cukup pantas, ia berjalan keluar menemui Raysha yang sedang sarapan. "Wah, kamu cukup cantik mengenakan pakaian itu," puji Raysha yang tak ditanggap oleh Terra. Mereka melanjutkan sarapan dengan keheningan dan beberapa perkataan dari Raysha. "Ayo," ajak Terra yang diikuti Raysha.
Tak lama setelah mereka sampai di Istana Kerajaan dan Balai Konser Philharmonic, Festival Paskah Beethoven dimulai. Terdengar lagu-lagu klasik terkenal yang dimainkan oleh 30 musisi dari berbagai belahan dunia.
"Ah, Sorry," ucap Raysha ketika tak sengaja menyenggol orang disana. "Never mind," balas orang itu. "Ray, ada a..pa?" ucapan Terra terhenti ketika ia melihat siapa yang berada di dekat Raysha saat ini. "Oh, Terra. Tadi aku gak sengaja nyenggol orang ini." Perkataan Rayshapun diacuhkannya.
9 tahun lalu...
Terlihat dua orang anak gadis yang sedang memakan makan siangnya di bawah pohon besar. Mereka asyik bercengkrama dan sesekali tertawa. Senyum selalu menghiasi wajah kedua gadis itu. Pohon besar itu adalah saksi bisu keakraban mereka. BUKK!! Sebuah bola menghantam salah satu dari gadis itu.
"Terra, kamu gak apa-apakan? Siapa yang nendang bola ini?!" teriak gadis berambut panjang. "Aku gak apa-apa kok, Sher. Santai aja. Paling mereka gak sengaja." jawab orang yang bernama Terra dengan senyum. "Iya. Makanya kalo main bola hati-hati dong!" Shera memberikan tatapan tajam kepada sekelompok anak laki-laki itu sebelum melempar bolanya kearah mereka. Shera kembali duduk disamping Terra. Bekal mereka telah habis, namun mereka masih ingin duduk dibawah pohon itu.
"Mm, Ter, kamu mau jadi apa kalo kamu sudah besar nanti?" tanya Shera. Matanya memandang langit yang berawan seakan-akan membayangkan apa yang akan ia lakukan ketika ia sudah dewasa.
"Entahlah," jawab Terra yang juga sedang memandang langit. "Dulu aku pernah bermimpi akan menjadi penyanyi karena aku suka sekali bernyanyi." lanjut Terra. "Kamu bisa bernyanyi? Coba dong, kamu nyanyi! Aku belum pernah dengar!" Kata Shera antusias sambil menatap Terra.
"Eh? Aku..aku hanya suka bernyanyi. Bukan berarti suaraku bagus." Shera menyerngitkan alisnya. "Tak apa! Aku hanya ingin dengar! Aku tidak akan mentertawakanmu! Aku juga ingin menjadi violinist terkenal! Nanti kalau sudah besar, kita berduet ya!" ajak Shera bersemangat. Terra tersenyum dan mengangguk kecil. "Janji?" Tanya Shera sambil menunjukan kelingkingnya. "Iya. Aku...janji," balas Terra sambil mengaitkan kelingking mereka.
***
Ia merasakan pundaknya di goyangkan oleh seseorang dan terdengar samar-samar suara orang tersebut. "-Ra, ayo bangun. Hari sudah siang, nih! Ter.., Terra," Terra menyerngitkan dahinya dan perlahan membuka kelopak matanya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan mulai berdiri dari tempat duduknya. "Mm, Raysha. Jam berapa sekarang?" tanya Terra. "Jam 7! Sana mandi, terus kita langsung ke Festival Paskah Beethoven." ujar Raysha sambil menyenggol pundak Terra lagi. "Iya..iya," Terra berjalan pelan menuju kamar mandi.
Setelah mengenakan pakaian yang menurutnya cukup pantas, ia berjalan keluar menemui Raysha yang sedang sarapan. "Wah, kamu cukup cantik mengenakan pakaian itu," puji Raysha yang tak ditanggap oleh Terra. Mereka melanjutkan sarapan dengan keheningan dan beberapa perkataan dari Raysha. "Ayo," ajak Terra yang diikuti Raysha.
Tak lama setelah mereka sampai di Istana Kerajaan dan Balai Konser Philharmonic, Festival Paskah Beethoven dimulai. Terdengar lagu-lagu klasik terkenal yang dimainkan oleh 30 musisi dari berbagai belahan dunia.
"Ah, Sorry," ucap Raysha ketika tak sengaja menyenggol orang disana. "Never mind," balas orang itu. "Ray, ada a..pa?" ucapan Terra terhenti ketika ia melihat siapa yang berada di dekat Raysha saat ini. "Oh, Terra. Tadi aku gak sengaja nyenggol orang ini." Perkataan Rayshapun diacuhkannya.
Mata Terra terbelalak lebar. "Shera?" tanya Terra pelan. Orang yang disebut sebagai Shera menyerngitkan alisnya pertanda dia bingung dan heran. "Kamu berasal dari Indonesia?" Tanya orang itu senang. Senyum muncul di wajahnya yang cantik itu. "Kamu...tidak ingat aku?" tanya Terra sedih. "Apa maksudmu? Aku memang tak mengenalimu. Mungkinkah kamu berpikir aku Shera?" tanya orang itu balik. Wajahnya berubah menjadi sedih. Terra terlihat makin bingung dengan perkataan gadis itu. 'Bukannya dia memang Shera?' Batinnya. Raysha yang tak tahu apa-apa hanya diam memperhatikan mereka berdua.
"Aku..saudara kembarnya," jawab orang itu pelan. Terra baru akan mengatakan sesuatu sampai gadis itu kembali berbicara. "Kau pasti bertanya kenapa dia tidak memberitahumu? Dulu orangtua kami bercerai. Shera diasuh oleh ayah kami dan aku diasuh oleh ibu. Oh ya, aku belum mempekenalkan diri. Aku Sahla," Orang yang bernama Sahla mencoba untuk tersenyum. Ia mengulurkan tangannya dan dijabat oleh Terra. "Terra," jawab Terra singkat. Ia memaksakan dirinya tersenyum.
"Shera...sudah meninggal." dan Terra tak dapat menahan rasa keterkejutannya. Beberapa tetes air mata meleleh melewati pipinya itu. Ia bahkan belum menepati janjinya untuk berduet bersama Shera. Dan dia belum meminta maaf pada Shera. Memori-memori akan perpisahannya dengan Shera kembali memenuhi pikirannya.
***
6 tahun yang lalu...
Di aula sebuah sekolah terlihat sangat ramai hari ini. Aula SMP Benih Harapan, tempat Terra dan Shera bersekolah sedang mengadakan acara. Acara perpisahan sekaligus kelulusan angkatan 29 di SMP Benih Harapan. Semua orang tua yang datang tersenyum haru melihat anaknya telah lulus dari SMP. Terra melihat teman-teman seangkatannya sedang berbicara akrab dengan orang tua mereka. Sejujurnya, ia iri. Orang tuanya bahkan lebih memilih mengurus perusahaan mereka di luar negeri daripada mengunjungi acara kelulusannya. Duk.. Seseorang menyentuh bahunya keras. Ia tahu itu adalah kebiasaan Shera. Ia berbalik dan melihat Shera menatapnya dengan senyum tulus. "Jangan terus memandang mereka seperti itu. Orang tuamu pasti memiliki alasan kuat untuk itu. Aku dengar kamu peringkat 4 seangkatan loh..." Shera selal tahu bagaimana cara menghibur Terra. Ia menggoda Terra terus-terusan membuatnya malu.
"Baiklah anak-anak, kita sampai pada acara kita selanjutnya. Acara Unjuk Bakat setiap kelas!" Dan terdengar sorak dan tepuk tangan meriah dari para murid. "Ssstt.. Kemarin saat kau tidak masuk, kami sekelas disuruh memilih siapa yang akan mengikuti acara unjuk bakat ini. Karena tidak ada yang mau, aku mengusulkan kamu sebagai penyanyi dan mereka semua setuju." bisik Shera kepada Terra. Terra merasakan jantungnya berdebar grogi dan keringat dingin mengucur dipelipisnya. "A..Apa?" lirih Terra. "Dan selanjutnya dari kelas 9.3!" seru pembawa acara. "Terra! Terra! Terra! Terra! Terra!" seluruh murid dari kelasnya menyorakan namanya. Tak terkecuali Shera. Terra di dirong maju oleh Shera keatas panggung. Ia melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju panggung dengan bergetar.
"Baiklah Shera, disini tertulis kamu akan bernyanyi. Apa yang akan kamu nyanyikan?" Tanya si pembawa acara. "Aku..aku..aku akan bernyanyi...emm. Twinkle Twinkle Little Star!" ujar Terra ragu. "Kenapa memilih lagu itu?" tanya si pembawa acara lagi. "Karena..karena.. lagu itu mengingatkan kita pada masa kecil. Jadi kita tidak akan melupakan masa kecil kita walau sudah beranjak dewasa." ujar Terra ragu lagi. "Baiklah mari kita mulai! 1! 2! 3!" berbagai alat musik mulai berbunyi. Namun, Terra tak kunjung bernyanyi. Ia menggenggam mic itu dengan erat. Sampai musik berhentipun ia tak kunjung bernyanyi. Semua menatap heran padanya. Terutama Shera. Ia memberanikan diri untuk berbicara. "Aku..aku..aku tidak bisa!" ucap Terra sedih. Air mata mulai mengucur di wajahnya. "Terra.." gumam Shera. Terra segera menjatuhkan mic itu dan berlari keluar dari aula sekolahnya.
Karena musik yang terlalu keras didalam, ia tak tahu bahwa keadaan diluar sedang hujan. Dengan nekat, dia menerobos derasnya hujan. "Terra!" seru seseorang. Terra berhenti dan berbalik. Disana Shera berjalan menuju dirinya tanpa membawa payung. Nekat menerobos hujan seperti Terra. "Kenapa? Kenapa kau tidak menunjukkan bakatmu Terra?" hujan membasahi keduanya. "Karena..aku tak bisa! Aku tak bisa bernyanyi!" ucap Terra pasrah. "Kau bisa bernyanyi.
Tapi kau tak mau menunjukannya." balas Shera. "Sejak awal kau ingin
bernyanyi. Hatimu berkata kau ingin bernyanyi. Hanya saja, kau terlalu
takut untuk mencobanya. Terlalu tak percaya diri! Kau menghancurkan
keparcayaan kami. Tak bisa diandalkan." ucap Shera tajam. "Dari awal aku
tak mau melakukannya! Kalian memintaku tanpa meminta persetujuanku!
Aku...Aku takut! Aku..tak bisa..Aku tak bisa melakukannya." balas Terra.
"Kalau begitu...aku juga tak bisa...Aku juga tak bisa berteman
denganmu..Aku tak bisa berteman dengan seorang pecundang!" Kalimat
terakhir Shera sangat menyakiti hatinya. Tangisannya pecah bersamaan
dengan Shera yang melangkah menjauhinya. Air matanya bahkan tak dapat
dibedakan dengan air hujan. Ia terus berdiri disana menatap pintu
gerbang sekolahannya. Tak ada yang menemuinya lagi. Tak ada. Hanya hujan
yang menemaninya menangis. Dan angin yang berhembus seiring dengan
mendinginnya hati Terra.
***
Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan baru menyadari bahwa sekarang dia berada di kamarnya. "Kau sudah bangun?" Tanya Raysha pelan. Ia mengangguk lemah dan berharap apa yang baru saja dialaminya tadi hanya mimpi. "Apa tadi...aku pingsan?" Tanya Terra. Raysha tersenyum lembut dan mengangguk. "Berarti semuanya benar-benar terjadi. Apa yang dikatakannya saat aku pingsan tadi?" Raysha menunduk sebentar dan menjawab, "Baiklah kalau kau ingin tahu. Sahla bilang Shera meninggal 6 tahun yang lalu." Mata Terra kembali melebar. Berarti..."Ia meninggal saat sehari setelah kelulusannya. Dia ingin memberikanmu surat sebagai tanda permintaan maafnya. Tapi, dia lebih memilih menyelamatkan seorang anak kecil yang berada di tengah jalan raya. Ia ingin memberikan ini untukmu," Raysha menyodokan selembar amplop putih yang telah kusut dan agak kotor.
'Hi, Terra. Aku tahu ucapanku kemarin terlalu berlebihan. Aku hanya ingin menumbuhkan rasa percaya dirimu. Aku memang salah. Seharusnya aku meminta pendapatmu dulu sebelum bertindak. Aku pernah mendengar rekaman suaramu di HP mu. Suaramu bagus, Terra! Sangat bagus! Kenapa kau tidak bernyanyi saja sih.
***
Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan baru menyadari bahwa sekarang dia berada di kamarnya. "Kau sudah bangun?" Tanya Raysha pelan. Ia mengangguk lemah dan berharap apa yang baru saja dialaminya tadi hanya mimpi. "Apa tadi...aku pingsan?" Tanya Terra. Raysha tersenyum lembut dan mengangguk. "Berarti semuanya benar-benar terjadi. Apa yang dikatakannya saat aku pingsan tadi?" Raysha menunduk sebentar dan menjawab, "Baiklah kalau kau ingin tahu. Sahla bilang Shera meninggal 6 tahun yang lalu." Mata Terra kembali melebar. Berarti..."Ia meninggal saat sehari setelah kelulusannya. Dia ingin memberikanmu surat sebagai tanda permintaan maafnya. Tapi, dia lebih memilih menyelamatkan seorang anak kecil yang berada di tengah jalan raya. Ia ingin memberikan ini untukmu," Raysha menyodokan selembar amplop putih yang telah kusut dan agak kotor.
'Hi, Terra. Aku tahu ucapanku kemarin terlalu berlebihan. Aku hanya ingin menumbuhkan rasa percaya dirimu. Aku memang salah. Seharusnya aku meminta pendapatmu dulu sebelum bertindak. Aku pernah mendengar rekaman suaramu di HP mu. Suaramu bagus, Terra! Sangat bagus! Kenapa kau tidak bernyanyi saja sih.
Tahu tidak, semua murid di kelas kita merasa bersalah loh, denganmu! Aku harap kamu mau memaafkan mereka dan juga aku. Aku sengaja mengucapkan maafku melalui surat ini karena aku masih malu bertemu denganmu kerana kejadian kemarin. Aku merasa tidak pantas dimaafkan. Hehehe... maafkan aku dan yang lainnya ya? :)'
Terra meneteskan air mata dalam diam. Tak terdengar isak tangisnya. 'Andaikan kau tahu Shera, aku sudah memaafkanmu bahkan aku berterima kasih padamu. Setelah kejadian itu, aku berubah menjadi gadis yang pemberani dan percaya diri. Terima kasih ya... Aku juga minta maaf karena dulu tidak dapat diandalkan dan telah membuat kalian malu. Kau tahu...sekarang aku sudah menjadi penyanyi terkenal dan satu lagi. Aku minta maaf karena tidak dapat melaksanak janji kita..' Dan Terra tersenyum tulus. Senyum tulus yang pertama kali ini ia berikan.
asal usul kota banyuwangy
Asal Usul Kota Banyuwangi
Pada
zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah
kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan
bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama
Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. “Pagi hari
ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu,” kata Raden
Banterang kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu siap, Raden
Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika
Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di
depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia
terpisah dengan para pengiringnya.
“Kemana
seekor kijang tadi?”, kata Raden Banterang, ketika kehilangan jejak
buruannya. “Akan ku cari terus sampai dapat,” tekadnya. Raden Banterang
menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu
tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah sungai yang sangat bening airnya.
“Hem, segar nian air sungai ini,” Raden Banterang minum air sungai itu,
sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan sungai.
Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan
seorang gadis cantik jelita.
“Ha?
Seorang gadis cantik jelita? Benarkah ia seorang manusia? Jangan-jangan
setan penunggu hutan,” gumam Raden Banterang bertanya-tanya. Raden
Banterang memberanikan diri mendekati gadis cantik itu. “Kau manusia
atau penunggu hutan?” sapa Raden Banterang. “Saya manusia,” jawab gadis
itu sambil tersenyum. Raden Banterang pun memperkenalkan dirinya. Gadis
cantik itu menyambutnya. “Nama saya Surati berasal dari kerajaan
Klungkung”. “Saya berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari
serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota
kerajaan,” Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu, Raden Banterang
terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu,
Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana. Tak
lama kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia.
Pada
suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar
istana. “Surati! Surati!”, panggil seorang laki-laki yang berpakaian
compang-camping. Setelah mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa
yang berada di depannya adalah kakak kandungnya bernama Rupaksa. Maksud
kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam,
karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya. Surati menceritakan
bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah berhutang budi.
Dengan begitu, Surati tidak mau membantu ajakan kakak kandungnya.
Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat memberikan
sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. “Ikat kepala ini harus
kau simpan di bawah tempat tidurmu,” pesan Rupaksa.
Pertemuan
Surati dengan kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang,
dikarenakan Raden Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden
Banterang berada di tengah hutan, tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan
oleh kedatangan seorang lelaki berpakaian compang-camping. “Tuangku,
Raden Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya yang direncanakan oleh
istri tuan sendiri,” kata lelaki itu. “Tuan bisa melihat buktinya,
dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat
peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk
membunuh Tuan,” jelasnya. Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki
berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah
Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera
pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung
menuju ke peraaduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah
diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di
hutan. “Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau
merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat
kepala ini!” tuduh Raden Banterang kepada istrinya. “ Begitukah
balasanmu padaku?” tandas Raden Banterang.”Jangan asal tuduh. Adinda
sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi minta tolong
kepada seorang lelaki!” jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada
pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan
hidupnya. Nah, sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu
ingin mencelakakan istrinya.
Raden
Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah
tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan
seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun
menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian
compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya. “Lelaki itu adalah
kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala kepada
Adinda,” Surati menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh hatinya.
Namun, Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan
dirinya. “Kakanda suamiku! Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda
rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada
Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung
Adinda bernama Rupaksa,” ucap Surati mengingatkan.
“Kakak
Adindalah yang akan membunuh kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi
Adinda tolah!”. Mendengar hal tersebut , hati Raden Banterang tidak cair
bahkan menganggap istrinya berbohong.. “Kakanda ! Jika air sungai ini
menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi,
jika tetap keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah!” seru Surati.
Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu mengada-ada. Maka, Raden
Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan
itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang.
Tidak
berapa lama, terjadi sebuah keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar
sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara
gemetar. “Istriku tidak berdosa! Air kali ini harum baunya!” Betapa
menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, dan
menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.
Sejak
itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi.
Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian
menjadi nama kota Banyuwangi.
cara membuat email
A. Cara Membuat Email Gratis di Gmail (Google Mail)
Ini adalah layanan email gratis favorit
saya. Selain bisa membuat email dengan gratis, kita juga bisa membuat
akun Google plus dengan mudah bila sudah memiliki akun Gmail.
1. Langkah pertama, kunjungi situs Google mail
2. Klik tombol “Create an account” atau “Buat akun” yang ada di sebelah kanan atas halaman Google mail.
Buka Spoiler »3. Isi kolom-kolom yang ada pada halaman pengisian dengan data Anda:
- Nama: isi dengan nama lengkap Anda, nama depan dan nama belakang
- Pilih nama pengguna Anda: isi dengan alamat email yang Anda inginkan
- Buat sandi: isi dengan sandi yang tidak mudah ditebak, tapi mudah Anda ingat
- Konfirmasi sandi Anda: ulangi memasukkan sandi Anda sebelumnya
- Tanggal lahir: isi dengan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran Anda
- Gender: pilih yang sesuai dengan jenis kelamin Anda
- Ponsel: isi dengan nomor HP Anda untuk keamanan
- Buktikan bahwa Anda bukan robot: isi dengan kode (2 kata dengan spasi) yang ada di halaman tersebut
- Lokasi: isi sesuai dengan negara tempat Anda tinggal
- Centang kolom menyetujui persyaratan dan kebijakan dari Google
- Klik tombol “Langkah berikutnya”
4. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan
profil Anda dengan menambahkan foto profile Anda. Untuk menambahkan
foto, silahkan klik tombol “Tambahkan Foto Profil”. Anda bisa memasukkan
foto dari komputer. Setelah selesai mengatur foto profil, klik tombol
“Langkah berikutnya”.
Buka Spoiler »
5. Voila, akun email di Google sudah
selesai dibuat. Silahkan klik tombol “Lanjutkan ke Gmail” untuk masuk ke
halaman email Anda.
Buka Spoiler »B. Cara Membuat Email di Yahoo Mail
Layanan email gratis dari Yahoo sangat
banyak digunakan orang. Selain email gratis, kita juga otomatis akan
bisa mendaftar ke layanan Yahoo Messenger untuk chating.
1. Langkah pertama, kunjungi situs Yahoo mail
2. Klik tombol “Buat Account Baru” di bagian atas kanan halaman Yahoo mail.
Buka Spoiler »
3. Isi kolom-kolom yang disediakan dengan memasukkan data Anda:
- Nama: isi dengan nama lengkap Anda, nama depan dan nama belakang
- Pilih ID Yahoo!: pilih alamat email yang Anda inginkan di Yahoo
- Pilih kata sandi: isi dengan sandi yang Anda inginkan dan mudah diingat
- Ketik ulang kata sandi: masukkan lagi sandi Anda
- Saya lahir pada: isi dengan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran Anda
- Saya tinggal di: pilih negara dimana Anda tinggal
- Ponsel: isi dengan nomor HP Anda, untuk keamanan
- Email Alternatif: isi bila Anda punya email lain, kosongkan bila memang tidak ada
- Klik tombol “Buat akun saya”
3. Langkah selanjutnya adalah mengisi
pertanyaan rahasia, ini dibutuhkan untuk menjaga keamanan akun email
Yahoo Anda. Di sini Anda harus memilih pertanyaan dari pertanyaan 1 dan
2, serta tentukan jawaban Anda. Pilihlah pertanyaan yang jawabannya
mudah Anda ingat. Dan jangan lupa mengisi nomor ponsel Anda pada kolom
yang sudah disediakan. Pada halaman ini Anda juga perlu untuk memasukkan
kode anti spam. Setelah selesai mengisi kolom-kolom yang disediakan,
klik tombol “Selesai”.
Buka Spoiler »
4. Voila, email Anda di Yahoo sudah
selesai dibuat. Langkah selanjutnya Anda bisa klik tombol “Persiapan
Awal” untuk masuk ke halaman email Anda.
Buka Spoiler »C. Cara Membuat Email di Hotmail
Layanan email gratis Hotmail ini
disediakan oleh Microsoft.com. Memang tidak sepopuler Gmail dan Yahoo
mail, tapi layanan ini sangat banyak digunakan orang.
1. Langkah pertama, buka situs Hotmail
2. Klik tombol “Sign up now” pada bagian kanan bawah halaman Hotmail.
Buka Spoiler »
3. Isi kolom-kolom yang disediakan dengan memasukkan data Anda:
- Name: isi dengan nama depan dan nama belakang Anda
- Birth date: isi dengan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran Anda
- Gender: pilih jenis kelamin
- Microsoft account name: isi dengan alamat email yang Anda inginkan di akun Microsoft Anda
- Create password: isi dengan sandi yang Anda inginkan
- Reenter password: masukkan kembali sandi Anda
- Phone number: isi dengan nomor HP Anda, untuk keamanan akun email
- Alternate email address: isi dengan alamat email Anda yang lain, kosongkan bila tidak ada. Bila Anda tidak mengisi email alternatif maka Anda harus mengisi pertanyaan dan jawaban rahasia untuk menjaga keamanan akun email Anda.
- Country region: pilih negara tempat tinggal Anda
- Postal code: isi dengan kode pos Anda
- Enter the characters you see: isi dengan karakter yang Anda lihat, ini untuk mencegah spam
- Lalu klik tombol “I Accept”
4. Tadaaaa, akun email Anda di Hotmail sudah jadi. Langkah selanjutnya Anda bisa klik tombol “Continue to inbox” untuk melihat halaman email Anda.
Buka Spoiler »
Demikianlah informasi singkat cara
membuat email baru di Gmail, Yahoo mail, dan Hotmail. Mudah-mudahan
artikel ini bisa membantu Anda dalam membuat akun email baru dengan
mudah dan cepat. Terimakasih sudah membaca artikel saya :)
legenda 7 manusia harimau
Cerita Legenda 7 Manusia Harimau
Namun demikian, hal-hal seperti itu sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, namun telah menjadi bagian dari budaya semua negara di dunia. Hanya saja mungkin implementasi dan penerapannya saja yang berbeda.
Di Afika misalnya, hal-hal yang berbau mistis seperti santet lebih dikenal dengan istilah Voodo, di Negara-bagara barat seperti di Amerika yang sudah terkenal sebagai negara modern dan maju masih percaya istilah ‘Black Magic’, sedangkan di Arab lebih dikenal dengan sebutan ‘sihir’ dan sudah ada sejak zaman Nabi.
Di Indonesia dikenal dengan berbagai istilah seperti teluh, santet, pelet dan lain-lain tapi memiliki tujuan berbeda sesuai keingian mereka yang melakukan. Lelaku atau perbuatan seperti memanfaatkan kekuatan ghaib yang umumnya melibatkan makhluk halus berupa jin dan setan. Untuk memanfaatkan makhluk halus (jin) seseorang harus melakukan lelaku yang tidak ringan sehingga bisa menaklukan jin dan setan sebagai kaki tangan
Latar Belakang Kisah 7 Manusia Harimau
Kisah 7 manusia harimau diambil dari sebuah novel Karya Motinggo Boesje, Lahir di Kupang Kota, Lampung 21 November 1937. Novel karangan Motinggo Boesje berlatar belakang sebuah budaya yang ada di sebuah Desa bernama Desa Kumayan Jati di wilayah pedalaman Sumatera Selatan.
Kisah itu menceritakan tentang 7 manusia harimau yang ada di Desa Kumayan. Sepak terjang mereka membuat desa tersebut sebagai desa yang paling di segani dan ditakuti semua orang terutama orang-orang orang baru yang hendak menetap didesa tersebut.
Karena bagi mereka yang hendak tinggal di Desa tersebut harus tunduk dengan segala aturan yang berlaku sesuai kehendak penguasa yang ada di sana yang tak lain adalah orang-orang pintar yang bisa menjelma menjadi manusia harimau. Kisah itu bermula sejak kedatangan seorang pemuda bernama ‘Gumara’ seorang pemuda berprofesi sebagai guru SMA yang di tugaskan di Desa tersebut.
Gumara sendiri tak lain adalah salah satu dari 7 manusia harimau atau cikal bakal Manusia harimau Desa Kumayan. Hanya saja Gumara yang sejak kecil tinggal di Jakarta bersama ibunya tidak menyadari kalau dirinya adalah bagian dari harimau yang ada di Desa tersebut.
Sosok pemuda ganteng dan rendah hati itu tak pernah menampakkan bahwa dirinya memiliki kelebihan dan bisa menjelma menjadi harimau, sehingga ia selalu bersikap rendah hati dan ramh pada siapapun. Ia juga selalu berusaha untuk menahan diri agar tidak marah yang dapat memicu dirinya berubah wujud menjadi manusia harimau.
Namun sejak Gumara tinggal di Desa Kumayan dan menjadi guru di salah satu sekolah menengah atas, ada banyak hal yang menimpa dirinya dan termasuk harus menghadapi orang-orang yang tidak menginginkan kehadirannya di Desa tersebut seperti di teluh oleh istri mantan guru tempat ia mengajar dan dimusuhi pemuda yang menaruh hati pada anak Lebai Karat karena cemburu.
Kamis, 19 Maret 2015
cerita hantu
MyMisteri Leony Li - Kejadian ini di
sekitar tahun 2002-an, disaat itu saya masih duduk di bangku sekolah SMA. Waktu
itu saya tinggal bersama dengan tante saya di Riau Bengkalis. Karena rumah
tante mau dibangun ulang. Dan demi menyambung kenyamanan hidup, kami menyewa
sebuah rumah. Yang layaknya berlindung dari teriknya mentari dan dinginnya
embun malam.Awalnya, kami pindah ke rumah yang kami nyewa itu tidak ada
kejanggalan apa-apa. tapi kalau melihat kondisi rumah, memang ada sedikit
angker, itu pun hanya menurut saya. setelah memasuki tiga bulan lamanya,
kejadian aneh mulai mengusik kehidupan kami. Kejadiannya adalah, bau busuk yang
begitu menusuk hidung, tapi, dicari-cari tidak menemukan bau tersebut.
mungkin karena rumah lama, apalagi begitu banyak sela-sela
yang sukar ditelusuri, dan yang dapat kami pastikan adalah bau busuk itu
datangnya dari luar rumah. Lantaran bau itu juga bersifat sementara. Setelah
beberapa hari, bau itu pun hilang dari indra ciuman kami.Setelah seminggu
kemudian, kejadian aneh datang lagi, kali ini adalah ditengah malam, kala itu,
tante saya lagi sakit (panas tinggi). Melihat kondisi tante saya dan apalagi
anaknya besok pagi harus bekerja, maka itu saya pun menukar peran buat anak
tante saya, mengantikan menjaga ibunya.Sedetik demi sedetik waktu berjalan,
tidak terasa, jam dinding telah menunjukkan 23:45-wib. mungkin karena cuaca
yang panas, serasa mata pun tidak bersahabat untuk di ajak tidur. karena
itulah, yang dapat saya lakukan hanyalah nonton tv. "Malam minggu yang membosankan."
Bisik saya dalam hati.
Setelah waktu berjalan kira-kira 00:35-wib, saya
mendengar ada suara di rumah belakang kami, seperti ada seseorang yang
melakukan pembersihan alat makanan. Merasa sangat aneh dengan suara tersebut,
sejenak pemikiran saya terlintas, "jangan-jangan ada maling yang masuk?
kan sekarang ini banyak kasus pencurian yang sering saya dengar dari sana
sini."Untuk memastikan pemikiran saya itu benar atau salah, setidaknya
harus membuktikan asal suara itu. Dengan langkah kaki pelan-pelan saya
mendekati pintu belakang, Setelah saya membuka pintu, ternyata dibelakang tidak
ada siapa-siapa. "Mungkin saya salah dengar, atau saja ada tikus yang lagi
cari makanan," desis saya. Dan saya pun kembali kekamar.Setelah matahari
mulai terlihat dari ufuk timur, menandakan malam telah berganti dengan pagi,
dengan suasana begitu cerah di pagi itu. Lagi-lagi saya di buat kaget oleh
sebuah pemandangan, ya, saya melihat alat-alat makanan itu pecah semua.
"Lho? kok pecah semua? apakah tikus yang melakukan?" Pikir saya.
puisi (waktu yang akan menjawab)
WAKTU YANG KAN MENJAWAB
Oleh Alyan Altra
Masih ingatkah saat kita bersama dahulu
Mengikat tali persahabatan dengan begitu erat..
Yang mungkin tak seorangpun bisa melepasnya.
Untuk memisahkan kita semua.
Namun detik demi detik kian berlalu.
Semua telah hilang di telan zaman.
Bagaikan dedaunan yang terurai tanah.
Yang tak bisa kembali seperti semula.
Saat hati ini teringat pada kalian
Saat itu pula air mata ini keluar menetes
Saat mata ini melihat semua kenangan
Saat itu pula ku ingin bersama kalian
Apakah kita masih mampu bersama..?
Bercanda dan tertawa seperti dahulu lagi.
Namun, apakah itu hanya sebatas angin yang kian berlalu ?
Cuma waktu yang bisa menjawab itu semua.
Oleh Alyan Altra
Masih ingatkah saat kita bersama dahulu
Mengikat tali persahabatan dengan begitu erat..
Yang mungkin tak seorangpun bisa melepasnya.
Untuk memisahkan kita semua.
Namun detik demi detik kian berlalu.
Semua telah hilang di telan zaman.
Bagaikan dedaunan yang terurai tanah.
Yang tak bisa kembali seperti semula.
Saat hati ini teringat pada kalian
Saat itu pula air mata ini keluar menetes
Saat mata ini melihat semua kenangan
Saat itu pula ku ingin bersama kalian
Apakah kita masih mampu bersama..?
Bercanda dan tertawa seperti dahulu lagi.
Namun, apakah itu hanya sebatas angin yang kian berlalu ?
Cuma waktu yang bisa menjawab itu semua.
aku ingin jadi sahabatmu
AKU INGIN JADI SAHABATMU
Cerpen Karya Lifya Afrianti Hanum
Cerpen Karya Lifya Afrianti Hanum
"Tessa!" seseorang memanggilnya.
Tessa menoleh,kemudian tersenyum. Gadis itu, Raisa , teman sekelasnya yang diam-diam ia kagumi.
"Hai,ke kelas bareng,yuk!" ajak Raisa.
"Boleh," jawab Tessa.
Mereka beriringan menuju kelas. Tessa dan Raisa duduk di bangku masing-masing. Di kelas ini,mereka duduk berpasang-pasangan dengan anak cowok. Tessa duduk dengan Fikri,sedangkan Raisa duduk dengan Rafi.
Tessa duduk sambil membaca novel. Tiba-tiba...
"Woy! Belajar! Baca novel mulu lo! Nanti ulangan Fisika tau!" Fikri merebut novel dari tangan Tessa.
"Ih,rese lo! Balikin nggak?!" omel Tessa.
Fikri mengembalikan novel Tessa dan duduk di sebelahnya.
"Tumben lo inget kalo ada ulangan?" goda Tessa.
"Minggu lalu,gue dapet nilai jelek nih! Lo sih kagak mau ngasih tau gue!" gerutu Fikri.
"Hahaha...biarin," Tessa menjulurkan lidah.
"Awas aja,ulangan nanti gue bisa ngerjain sendiri kok!" tekad Fikri.
"Bener ya? Okedeh! Semangat,Fikri!" seru Tessa sambil tepuk tangan.
Fikri mengambil buku Fisika dan mulai belajar. Tessa mengedarkan pandangan mencari Raisa. Sosok itu ia temukan sedang bercanda dengan Vina dan Firyal. Ada rasa sedih dan iri menyergap hatinya. Fikri melihat perubahan raut wajah Tessa.
"Kenapa,Sa? Iri ya?" tanya Fikri.
Tessa menoleh,tersenyum sedih.
"Apa sih yang lo kagumi dari seorang Raisa?" tanya Fikri sambil menutup bukunya. Nggak jadi belajar,deh.
"Bagi gue, dia beda dari yang lain. Cewek yang mandiri dan nggak manja. Nggak tau kenapa,gue nyaman banget kalo lagi sama dia. Gue sayang banget sama dia,Fik," jelas Tessa.
Fikri hanya terdiam. Ia mengerti perasaan Tessa. Selama ini, hanya Fikri lah yang paling dekat dengan Tessa.
"Lo udah deket sama dia. Lo sering satu kelompok kalo ngerjain tugas sama dia. Lo juga sering bercanda,"
"Cuma itu,Fik. Deketnya cuma sebagai temen. Gue pengen kayak Vina dan Firyal. Jadi sahabat Raisa," ucap Tessa.
"Sa.. Ada gue disini," ucap Fikri.
"Lo itu sahabat cowok gue yang paling baik,Fik. Tapi gue nggak bisa curhat tentang wanita ke lo,kan?"
"Iyadeh.. Tapi,kalo lo butuh gue,gur selalu ada buat lo,Sa.." ucap Fikri.
Tessa tersenyum. Fikri mengacak-acak rambutnya drngan gemas,membuat Tessa cemberut kesal.
***
Tessa melihat kalender. Ada lingkaran merah disana. Seminggu lagi, Raisa ulang tahun. Ia ingin memberi sesuatu untuk Raisa.
Jadilah,hari itu Tessa menarik-narik Fikri untuk menemaninya ke Gramedia.
"Aduh,Sa! Cepetan dong! Mau beli berapa sih?!" omel Fikri.
"Ntar dulu,Fik. Gue bingung nih! Bagus-bagus semua,"
Akhirnya,Tessa membeli lima buah novel dan dua buah buku kisah inspiratif.
"Sa... Semuanya buat Raisa?" tanya Fikri bengong.
"Nggaklah! Gue kan juga suka baca,"
Kemudian,Tessa mengajak Fikri untuk membeli kalung. Setelah mendapatkannya, ia mentraktir Fikri.
"Fik,makasih ya,udah mau temenin gue," ucap Tessa saat mereka makan di kafe.
Fikri hanya mengacungkan jempol sambil menghabiskan makan siangnya. Tessa tertawa geli. Ia pun menghabiskan jus jeruk di hadapannya.
***
Keesokan harinya, bangku Raisa kosong. Tessa terlihat gelisah sedari tadi. Saat bel istirahat, ia bergegas bertanya pada Firyal.
"Yal,Raisa kenapa? Kok nggak masuk?"
"Raisa sakit,Sa. Semalam,dia demam tinggi," jawab Firyal.
Tessa hanya terdiam. Vina menghampiri mereka berdua.
"Yal, ke kantin yuk!" ajak Vina pada Firyal.
"Yuk!" jawab Firyal.
"Duluan ya,Sa," ucap Firyal dan Vina.
"Iya,makasih ya," ucap Tessa.
Tessa segera mencari Fikri. Ternyata, Fikri ada di kantin. Lagi makan bakso.
"Fik!" Tessa menepuk punggung Fikri.
Fikri tersedak. Ia buru-buru meminum jus apelnya.
"Gila lo! Gue kaget! Kalo gue mati gimana?!" omel Fikri.
"Ehehe.. Maaf,Fik. Nggak sengaja," Tessa duduk di hadapan Fikri.
Fikri mencibir. "Ada apaan?" tanyanya sambil melanjutkan makannya.
"Fik,pulang sekolah temenin gue ya!" pinta Tessa.
"Hah? Kemana?"
"Ke rumah Raisa. Dia sakit,"
"Besok dia juga udah masuk,Sa.."
"Gue daritadi nggak tenang nih,Fik. Ayolah..." bujuk Tessa.
Fikri meminum jus apelnya. Kemudian, ia mengangguk.
"Yey! Lo emang sahabat gue yang paling baik! Thanks,Fik!" Tessa berlalu pergi.
Fikri menatap kepergian Tessa.
"Kalo gue yang sakit, apa lo bakal kayak gini juga,Sa?" tanya Fikri sedih.
***
Mobil Fikri berhenti di depan sebuah rumah. Tessa dan Fikri turun dari mobil. Tessa menekan bel.
Tak lama,seorang wanita membukakan pintu.
"Siang,Tante.." sapa Tessa.
"Siang. Tessa ya? Wah,udah lama kamu nggak main kesini," ucap wanita itu.
"Iya,Tante. Ini Fikri, kami pengen jenguk Raisa," ucap Tessa.
"Ooh.. Ayo,silahkan masuk!" ajak Tante Nia,mamanya Raisa.
"Makasih,Tante," ucap Tessa dan Fikri.
Mereka menunggu di depan kamar Raisa. Tante Nia masuk ke dalam kamar.
"Sayang, ada teman-teman kamu nih,"
"Suruh masuk aja ya,Ma,"
Tante Nia keluar dari kamar dan mempersilahkan Tessa dan Fikri masuk.
"Hai,Raisa,gimana keadaanmu?" tanya Tessa sambil meletakkan buah di atas meja.
"Hai. Lumayan baik. Sama siapa,Sa?" tanya Raisa.
"Sama Fikri,"
"Ohaha.. Kalian berdua emang nggak bisa dipisahin ya?" goda Raisa.
"Iya dong!" Fikri merangkul Tessa.
"Ih,apaan sih?!" omel Tessa.
Raisa hanya tertawa melihat tingkah mereka. Mrreka bercanda ria sampai hari beranjak sore, Tessa dan Fikri pun pamit pulang.
***
Tessa duduk di bangku taman sekolah. Pandangannya mengarah kepada Raisa. Tessa senang karena bisa melihat tawa dan senyum Raisa. Walaupun Raisa nggak sedang bercanda dengannya.
"Dor!" Fikri mengagetkan Tessa.
"Ih,rese lo!" Tessa memukul lengan Fikri.
Fikri hanya tertawa dan duduk di sebelah Tessa.
"Fik,besok ulang tahun Raisa!" seru Tessa.
"Iya iya. Gue udah tau. Lo udah ngomong lima belas kali pagi ini,bosen tau!" gerutu Fikri.
Tessa cuma nyengir.
"Gue pengen ngasih kadonya langsung ke Raisa. Tapi kalo gue nggak sempet ngasih, tolong lo yang ngasih ya,Fik," pinta Tessa.
Fikri hanya mengangguk dengan tatapan lurus ke depan. Tessa tersenyim kecil. Mereka berdua dilanda keheningan sampai bel masuk berbunyi.
***
Tessa berangkat sekolah dengan senyim cerianya. Fikri yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala.
"Fik,hari ini..." Fikri menutup mulut Tessa.
"Gue udah tau lo mau ngomong apa," Fikri melepas bungkamannya.
Tessa tertawa dan duduk di sebelah Fikri.
"Sa, yang ulang tahun kan Raisa, kenapa kayak lo yang lagi ulang tahun sih?" tanya Fikri heran.
"Kan hari bahagianya Raisa,hari bahagia gue juga,"
Fikri malas membantah lagi. Ia hanya memainkan ponselnya.
"Ehm,Fik, gue nitip kado Raisa dong!"
"Langsung kasih aja,Sa. Ngapain pake dititipin ke gue sih?" gerutu Fikri.
"Gue pengen ngasih pas pulang sekolah. Gue takut kadonya rusak,gue kan ceroboh. Oke,Fik?" bujuk Tessa.
Fikri mengambil kado itu dengan malas dan menyimpannya.
***
Pulang sekolah,Tessa bergegas mencari Raisa. Ia ingin segera memberi kado itu. Sampai dia lupa kalo kadonya ada di Fikri.
Tessa melihat Raisa sedang menyeberang jalan sendirian. Tiba-tiba,sebuah mobil melaju kencang ke arah Raisa. Tessa berlari sekuat tenaga untuk menolong Raisa.
"Raisaaaa!!! Awaaass!!!" Tessa mendorong tubuh Raisa ke pinggir jalan.
BRAAAKKK!!!
Mobil itu menabrak Tessa. Tubub Tessa terhempas. Darah berceceran dimana-mana.
~di saat yang bersamaan~
Mobil Fikri melaju mencari Tessa.
"Tessa dimana sih? Katanya mau ngasih kado,kadonya kan ada di gue.." gumam Fikri.
Fikri menghentikan mobilnya ketika melihat kerumunan orang. Ia turun dari mobil dan menerobos kerumunan itu. Tubuh Fikri membeky ketika melihat tubub seorang gadis bersimbah darah dimasukkan ke dalam ambulance. Gadis itu.. Tessa... Sahabatnya.
Fikri segera menyusul ambulance tersebut. Sesampainya di rumah sakit, Fikri mengabarkan hal ini kepada keluarga Tessa.
Fikri gelisah menunggu di depan ruang UGD. Tak lama kemudian,keluarga Tessa datang. Seorang dokter keluar dari ruangan.
"Bagaimana keadaan anak saya,Dok?" tanya Pak Aswan-ayah Tessa.
"Tessa kehilangan banyak darah. Dia harus segera mendapatkan tranfusi darah," jawab dokter itu.
"Tolong anak saya,Dok," isak Bu Rina-Bunda Tessa.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Berdoalah terus kepada Yang Kuasa," Dokter itu berlalu pergi.
Fikri terduduk lemas di kursi.
"Om,Tante,maafin Fikri. Fikri nggak bisa jagain Tessa," sesal Fikri.
Pak Aswan menepuk punggung Fikri.
"Sudahlah,Fik. Ini sudah terjadi. Kita hanya bisa berdoa kepada Allah untuk kesembuhan Tessa," hibur Pak Aswan.
Malam harinya, Tessa dipindahkan ke ruang ICU. Kondisinya mulai stabil setelah tranfusi darah. Tetapi, Tessa masih belum sadar.
"Tante sama Om pulang aja. Biar Fikri yang jagain Tessa," ucap Fikri.
"Kamu juga udah capek,Fik. Biar Om aja yang disini. Kamu anterin Tante Rina pulang,"
"Nggak mau,Yah. Bunda masih mau disini," ucap Bu Rina.
"Nggak apa-apa,Om. Tante biar istirahat di rumah,"
"Yaudah,kalo ada apa-apa,cepat kabarin ya!" Fikri mengangguk. "Ayo,Bun.." ajak Pak Aswan.
"Fikri.. Titip Tessa ya," pinta Bu Rina.
"Iya,Tante.."
Kedua orangtua Tessa pun pergi. Fikri masuk ke dalam ruang ICU dan duduk di sebelah ranjang Tessa.
"Sa... Bangun,Sa.. Ini gue," bisik Fikri.
Mata Tessa masih terpejam. Fikri membelai rambutnya perlahan. Kemudian, ia tertidur.
***
Tessa membuka matanya. Ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya.Tessa melihat Fikri tidur di sebelahnya.
Air mata Tessa mengalir. Ia menggenggam tangan Fikri.Fikri terbangun.
"Alhamdulillah.. Akhirnya lo bangun.." Fikri terlihat lega.
"Fikri.." panggil Tessa pelan.
"Iya,Sa?"
"Jangan tinggalin gue ya,Fik," pinta Tessa.
"Gue nggak akan ninggalin lo,Sa.."
"Fik,tolong kasih kadonya ke Raisa,gue nggak bisa ngasih langsung ke dia," ucap Tessa.
"Lo pasti sembug,Sa,jadi lo bisa ngasih kado buat Raisa," hibur Fikri.
Tessa tersenyum. Ia menyodorkan secarik surat pada Fikri.
"Ini buat lo,Fik. Maaf ya,gue nggak bisa ngasih apa-apa buat lo. Thanks buat semuanya," ucap Tessa.
Fikri menggenggam erat tangan Tessa.
"Gue sayang lo,Fik. Bilangin ke Ayah dan Bunda,gue sayang sama mereka...." ucapan Tessa terhenti.
Tessa bergumam pelan,kemudian mesin pendeteksi detak jantung berbunyi panjang. Mata Tessa kembali terpejam. Untuk selamanya.
Fikri menangis dalam diam. Tessa pergi. Meninggalkan dirinya sendiri disini.
***
Fikri duduk di bangkunya. Ia melihat bangku disebelahnya. Berharap masih ada Tessa disana. Fikri menghela nafas panjang. Ia membaca surat yang diberikan oleh Tessa.
'Dear Fikri. My Best Friend.
Hai,Fik! Gue nulis surat ini karena gue takut nggak sempet nyampein ini ke li. Baca ya :)
Fik,gue mau minta maaf. Gue nggak ngertiin perasaan lo setiap gue cerita tentang Raisa. Gue cuma mikirin obsesi gue yang pengen jadi sahabatnya Raisa.
Tapi,sekarang gue sadar,Fik. Gue udah punya sahabat yang melebihi Raisa. Sahabat itu lo,Fik.
Lo selalu ada buat gue. Selalu dengerin semya ocehan gue. Selalu bantuin gue. Gue nggak pantes punya sahabat sebaik lo,Fik. Gue belum bisa ngasih apa-apa buat lo. Yang ada,gue malah selalu ngerepotin lo.
Maaf ya,Fik. Selama ini gue jadi beban buat lo. Kalo gue udah nggak ada,semoga lo dapet sahabat yang lebih baik dari gue. Gue sayang banget sama lo,Fik. Thanks buat semuanya.
Jaga diri lo baik-baik. Jaga Ayah dan Bunda gue. Tessa sayang banget sama kalian. Love You! :')
Salam Sahabat
Tessa Adriana'
Fikri memejamkan mata. Mencoba menahan air mata yang ingin keluar. Fikri segera mencari Raisa. Ia ingin menyampaikan amanat yang diberikan Tessa padanya.
"Vin,Raisa kemana? Tau nggak?" tanya Fikri pada Vina.
"Katanya sih pengen ke makam Tessa," jawab Vina.
"Oh oke. Thanks ya.." Fikri berlalu pergi.
~~
Fikri melihat Raisa berlutut di makam Tessa. Ia mendengar rintihan Raisa.
"Ini salah aku. Harusnya aku yang ketabrak,bukan kamu,Sa.."
Fikri menepuk punggung Raisa pelan. Raisa menoleh.
"Eh,Fikri.." Raisa menghapus air matanya.
Fikri menyodorkan sebuah kado pada Raisa.
"Kado ulang tahun lo. Dari Tessa," ucap Fikri.
Raisa menerimanya. Ia membuka kado tersebut. Di dalamnya berisi dua buah novel dan satu buku kisah inspiratif favoritnya. Kemudian, ada sebuah kalung liontin berisi foto dan ukiran nama Raisa. Mata Raisa berkaca-kaca.
"Ada suratnya,tuh," ucap Fikri.
Raisa membaca surat tersebut.
Dear Raisa..
Selamat ulang tahun ya,Rai.. Pokoknya semua wish yang baik-nya Insya Allah tercapai.
Maaf kalo bukan aku yang ngasih langsung kado ini. Maaf juga kalo isinya nggak seberapa. Semoga kamu suka.
Raisa, selama ini aku mengagumimu. Aku selalu memperhatikanmu. Aku ingin seperti Vina dan Firyal. Aku ingin jadi sahabatmu.
Tapi... Kita deket sebagai temen pun aku udah seneng banget. Walaupun aku nggak bisa dengerin semua curhatanmu,semua keluh kesahmu. Aku sayang kamu,Raisa..
Raisa, tolong dijaga ya hadiah dariku. Aku sudah menganggapmu sahabatku,walaupun kamu nggak seperti itu.
Sekali lagi.. Selamat ulang tahun,Raisa..
Salam manis
Tessa Adriana
Raisa menangis sejadi-jadinya. Ia memeluk nisan bertuliskan Tessa Adriana. Fikri mengusap bahu Raisa.
"Kadang, gue iri sama lo,Rai.." ucap Fikri.
Raisa terdiam. Fikri melanjutkan ucapannya.
"Lo selalu diperhatiin Tessa. Waktu lo sakit, Tessa yang panik. Waktu lo ultah, Tessa yang seneng. Tessa selalu cerita tentang lo. Semua tentang lo,"
"Gue emang nggak peka ya,Fik. Ternyata,ada orang yang begitu sayangnya sama gue. Sampe rela kehilangan nyawa demi gue. Gue emang bodoh,Fik!" Raisa menangis lagi.
"Lo jangan nangis,Rai. Nanti Tessa sedih," hibur Fikri.
Raisa menghapus air matanya. Ia mengusap nisan Tessa.
"Sa.. Maaf ya. Sekarang,kita jadi sahabat. Mudah-mudahan disana kita jadi sahabat yang abadi," Raisa mencoba menahan air matanya.
Fikri juga mengusap nisan Tessa.
"Sa.. Semoga lo bahagia disana. Gue sayang lo,Sa.." bisik Fikri.
Raisa dan Fikri pun pergi meninggalkan makam. Dari atas langit, Tessa tersenyum pada keduanya.
***
Cerita persahabatan
Cerita Pendek – Cerpen Persahabatan
(Cerita Pendek – Cerpen Persahabatan)
– Pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil
namaku. Aku melihat keluar. Ivan temanku sudah menunggu diluar rumah
kakekku dia mengajakku untuk bermain bola basket.“Ayo kita bermain
basket ke lapangan.” ajaknya padaku. “Sekarang?” tanyaku dengan sedikit
mengantuk. “Besok! Ya sekarang!” jawabnya dengan kesal.“Sebentar aku
cuci muka dulu.
Tunggu ya!”, “Iya tapi cepat ya” pintanya.Setelah aku cuci muka, kami
pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah
kakekku.“Wah dingin ya.” kataku pada temanku. “Cuma begini aja dingin
payah kamu.” jawabnya.Setelah sampai di lapangan ternyata sudah ramai.
“Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai.” ajakku padanya. “Ah!
Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!”, “Kita ikut main saja dengan
orang-orang disini.” paksanya. “Males ah! Kamu aja sana aku tunggu
disini nanti aku nyusul.” jawabku malas.“Terserah kamu aja deh.” jawabnya sambil berlari kearah orang-orang yang sedang bermain basket.“Ano!” seseorang teriak memanggil namaku. Aku langsung mencari siapa yang memanggilku. Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan tersenyum manis. Sepertinya aku mengenalnya. Setelah dia mendekat aku baru ingat. “Bella?” tanya dalam hati penuh keheranan. Bella adalah teman satu SD denganku dulu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi sejak kami lulus 3 tahun lalu.
Bukan hanya itu Bella juga pindah ke Bandung ikut orang tuanya yang bekerja disana. “Hai masih ingat aku nggak?” tanyanya padaku. “Bella kan?” tanyaku padanya. “Yupz!” jawabnya sambil tersenyum padaku. Setelah kami ngobrol tentang kabarnya aku pun memanggil Ivan. “Van! Sini” panggilku pada Ivan yang sedang asyik bermain basket. “Apa lagi?” tanyanya padaku dengan malas.
“Ada yang dateng” jawabku. “Siapa?”tanyanya lagi, “Bella!” jawabku dengan sedikit teriak karena di lapangan sangat berisik. “Siapa? Nggak kedengeran!”. “Sini dulu aja pasti kamu seneng!”. Akhirnya Ivan pun datang menghampiri aku dan Bella.Dengan heran ia melihat kearah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Bella yang tiba-tiba menyapanya. “Bela?” tanyanya sedikit kaget melihat Bella yang sedikit berubah. “Kenapa kok tumben ke Jogja? Kangen ya sama aku?” tanya Ivan pada Bela. “Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku” jawabku sambil menatap wajah Bela yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu. “Bukan aku kesini mau jenguk nenekku.” jawabnya. “Yah nggak kangen dong sama kita.” tanya Ivan sedikit lemas.
“Ya kangen dong kalian kan sahabat ku.” jawabnya dengan senyumnya yang manis.Akhinya Bella mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan Bela. Ketika kami sampai di rumah Bela ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 4 tahun. “Bell, ini siapa?” tanyaku kepadanya. “Kamu lupa ya ini kan Dafa! Adikku.” jawabnya. “Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.”. “Dasar pikun!” ejek Ivan padaku. “Emangnya kamu inget tadi?” tanyaku pada Ivan.
“Nggak sih!” jawabnya malu. “Ye sama aja!”. “Biarin aja!”. “Udah-udah jangan pada ribut terus.” Bella keluar dari rumah membawa minuman. “Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak?” tanyanya pada kami berdua. “Kalau aku jelas mau dong! Kalau Ivan tau!” jawabku tanpa pikir panjang. “Ye kalau buat Bella aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget.” ejek Ivan padaku. “Maaf banget Bell, aku nggak bisa aku ada latihan nge-band.” jawabnya kepada Bella.
“Oh gitu ya! Ya udah no nanti kamu kerumahku jam 4 sore ya!” kata Bella padaku. “Ok deh!” jawabku cepat.Saat yang aku tunggu udah dateng, setelah dandan biar bikin Bella terkesan dan pamit keorang tuaku aku langsung berangkat ke rumah nenek Bella. Sampai dirumah Bella aku mengetuk pintu dan mengucap salam ibu Bella pun keluar dan mempersilahkan aku masuk. “Eh ano sini masuk dulu! Bellanya baru siap-siap.” kata beliau ramah. “Iya tante!” jawabku sambil masuk kedalam rumah. Ibu Bella tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang sering main kerumah Bella.
“Bella ini Ano udah dateng” panggil tante Vivi kepada Bella. “Iya ma bentar lagi” teriak Bella dari kamarnya. Setelah selesai siap-siap Bella keluar dari kamar, aku terpesona melihatnya. “Udah siap ayo berangkat!” ajaknya padaku.Setelah pamit untuk pergi aku dan Bella pun langsung berangkat.
Dari tadi pandanganku tak pernah lepas dari Bella. “Ano kenapa? Kok dari tadi ngeliatin aku terus ada yang aneh?” tanyanya kepadaku. “Eh nggak apa-apa kok!” jawabku kaget.Kami pun sampai di tempat tujuan. Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diperlukan Bella. Setelah selesai mencari-cari barang yang diperlukan Bella kami pun memtuskan untuk langsung pulang kerumah.
Sampai dirumah Bella aku disuruh mampir oleh tante Vivi. “Ayo Ano mampir dulu pasti capek kan?” ajak tante Vivi padaku. “Ya tante.” jawabku pada tante Vivi.Setelah waktu kurasa sudah malam aku meminta ijin pulang. Sampai dirumah aku langsung masuk kekamar untuk ganti baju. Setelah aku ganti baju aku makan malam.
“Kemana aja tadi sama Bella?” tanya ibuku padaku. “Dari jalan-jalan!” jawabku sambil melanjutkan makan. Selesai makan aku langsung menuju kekamar untuk tidur. Tetapi aku terus memikirkan Bella. Kayanya aku suka deh sama Bella. “Nggak! Nggak boleh aku masih kelas 3 SMP, aku masih harus belajar.” bisikku dalam hati.Satu minggu berlalu, aku masih tetap kepikiran Bella terus. Akhirnya sore harinya Bella harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan Ivan datang kerumah Bella.
Akhirnya keluarga Bella siap untuk berangkat. Pada saat itu aku mengatakan kalau aku suka pada Bella.“Bella aku suka kamu! Kamu mau nggak kamu jadi pacarku” kataku gugup.“Maaf ano aku nggak bisa kita masih kecil!” jawabnya padaku. “Kita lebih baik Sahabatan kaya dulu lagi aja!”Aku memberinya hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah kalung. Dan akhirnya Bella dan keluarganya berangkat ke Bandung. Walaupun sedikit kecewa aku tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Bella. Aku berharap persahabatan kami terus berjalan hingga nanti.
CERPEN
PANTANG MENYERAH UNTUK SEKOLAH
Danu adalah anak dari orang yang kurang mampu, Ibunya meninggal dunia saat Danu berumur 2 tahun. Sepeninggal Ibunya, keluarganya menjadi berantakan, ayah Danu mempunyai banyak hutang kepada rentenir untuk menghidupi keluarganya, uang hasil kerja sebagai penyapu jalanan saja tidak cukup untuk menghidupi keluarganya.
Danu duduk di kelas 6 SD, walaupun dia anak dari orang yang kurang mampu tapi ia termasuk siswa yang cukup pandai. Setelah pulang sekolah Danu selalu menjualkan koran dari toko koran langganannya, setiap hari Danu mendapat uang sebesar Rp 25.000 dari hasil menjualkan koran. Uang itu ia pergunakan untuk membelikan obat untuk adiknya yang terbaring lemah di tempat tidur.
Suatu ketika, Danu diberi sebuah surat dari Pak Dadang, guru Danu, Surat itu ia berikan kepada Ayahnya, ternyata isi surat tersebut adalah Danu diminta untuk membayar uang sekolah yang sudah menunggak selama 4 bulan. Danu berfikir apakah ia bisa melanjutkan sekolahnya atau tidak.
Danu sudah 5 hari tidak masuk sekolah, ia berusaha mencari uang bersama ayahnya untuk membiayai sekolahnya. Pada sore hari Pak Imam Guru sekolahnya Danu datang ke rumahnya Danu, Pak Imam bertanya kepada Danu kenapa sudah tidak masuk sekolah selama 5 hari, Danu berterus terang bahwa ia mencari uang bersama Ayahnya untuk membiayai sekolahnya. Cukup lama mereka berbincang-bincang, tidak lama kemudian Pak Imam berkata kepada Danu untuk terus sekolah, dan Pak Imam akan membiayai Sekolah (SD) Danu.
Esok harinya Danu masuk sekolah, di sekolah ada pengumuman bahwa Ujian Sekolah akan diadakan 1 minggu kemudian, dan barang siapa yang lulus dengan nilai yang bagus ia akan mendapat beasiswa untuk masuk SMP Harapan Bangsa secara gratis.
Danu terus belajar dengan giat, agar ia bisa mendapatkan beasiswa tersebut. Saat Ujian berlangsung, Danu dapat mengerjakannya dengan baik.
3 minggu kemudian hasil Ujian Nasional diumumkan, Danu sangat gembira dengan nilai yang cukup bagus, yaitu: BI (9,2), Mat (9), IPA (9,6). dan Pak Imam mengumumkan siapa yang mendapat beasiswa masuk SMP Harapan Bangsa. Dan ternyata Danu yang mendapatkan beasiswa tersebut. Danu sangat gembira dan berterimakasih kepada semua gurunya dan Ayahnya yang telah membantunya dalam belajar.
Akhirnya Danu terus melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP, ia akan belajar dengan sungguh-sungguh supaya berhasil untuk meraih cita-citanya, yaitu seorang Guru.
TAMAT
Danu adalah anak dari orang yang kurang mampu, Ibunya meninggal dunia saat Danu berumur 2 tahun. Sepeninggal Ibunya, keluarganya menjadi berantakan, ayah Danu mempunyai banyak hutang kepada rentenir untuk menghidupi keluarganya, uang hasil kerja sebagai penyapu jalanan saja tidak cukup untuk menghidupi keluarganya.
Danu duduk di kelas 6 SD, walaupun dia anak dari orang yang kurang mampu tapi ia termasuk siswa yang cukup pandai. Setelah pulang sekolah Danu selalu menjualkan koran dari toko koran langganannya, setiap hari Danu mendapat uang sebesar Rp 25.000 dari hasil menjualkan koran. Uang itu ia pergunakan untuk membelikan obat untuk adiknya yang terbaring lemah di tempat tidur.
Suatu ketika, Danu diberi sebuah surat dari Pak Dadang, guru Danu, Surat itu ia berikan kepada Ayahnya, ternyata isi surat tersebut adalah Danu diminta untuk membayar uang sekolah yang sudah menunggak selama 4 bulan. Danu berfikir apakah ia bisa melanjutkan sekolahnya atau tidak.
Danu sudah 5 hari tidak masuk sekolah, ia berusaha mencari uang bersama ayahnya untuk membiayai sekolahnya. Pada sore hari Pak Imam Guru sekolahnya Danu datang ke rumahnya Danu, Pak Imam bertanya kepada Danu kenapa sudah tidak masuk sekolah selama 5 hari, Danu berterus terang bahwa ia mencari uang bersama Ayahnya untuk membiayai sekolahnya. Cukup lama mereka berbincang-bincang, tidak lama kemudian Pak Imam berkata kepada Danu untuk terus sekolah, dan Pak Imam akan membiayai Sekolah (SD) Danu.
Esok harinya Danu masuk sekolah, di sekolah ada pengumuman bahwa Ujian Sekolah akan diadakan 1 minggu kemudian, dan barang siapa yang lulus dengan nilai yang bagus ia akan mendapat beasiswa untuk masuk SMP Harapan Bangsa secara gratis.
Danu terus belajar dengan giat, agar ia bisa mendapatkan beasiswa tersebut. Saat Ujian berlangsung, Danu dapat mengerjakannya dengan baik.
3 minggu kemudian hasil Ujian Nasional diumumkan, Danu sangat gembira dengan nilai yang cukup bagus, yaitu: BI (9,2), Mat (9), IPA (9,6). dan Pak Imam mengumumkan siapa yang mendapat beasiswa masuk SMP Harapan Bangsa. Dan ternyata Danu yang mendapatkan beasiswa tersebut. Danu sangat gembira dan berterimakasih kepada semua gurunya dan Ayahnya yang telah membantunya dalam belajar.
Akhirnya Danu terus melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP, ia akan belajar dengan sungguh-sungguh supaya berhasil untuk meraih cita-citanya, yaitu seorang Guru.
TAMAT
Kamis, 12 Maret 2015
tragedi semanggi
Tragedi Semanggi
Masyarakat dan mahasiswa menolak Sidang Istimewa 1998 dan juga menentang dwifungsi ABRI/TNI karena dwifungsi inilah salah satu penyebab bangsa ini tak pernah bisa maju sebagaimana mestinya. Benar memang ada kemajuan, tapi bisa lebih maju dari yang sudah berlalu, jadi, boleh dikatakan kita diperlambat maju. Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari dunia internasional terlebih lagi nasional. Hampir seluruh sekolah dan universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk mecegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa. Sejarah membuktikan bahwa perjuangan mahasiswa tak bisa dibendung, mereka sangat berani dan jika perlu mereka rela mengorbankan nyawa mereka demi Indonesia baru.
Pada tanggal 12 November 1998 ratusan ribu mahasiswa dan masyrakat bergerak menuju ke gedung DPR/MPR dari segala arah, Semanggi-Slipi-Kuningan, tetapi tidak ada yang berhasil menembus ke sana karena dikawal dengan sangat ketat oleh tentara, Brimob dan juga Pamswakarsa (pengamanan sipil yang bersenjata bambu runcing untuk diadu dengan mahasiswa). Pada malam harinya terjadi bentrok pertama kali di daerah Slipi dan puluhan mahasiswa masuk rumah sakit. Satu orang pelajar, yaitu Lukman Firdaus, terluka berat dan masuk rumah sakit. Beberapa hari kemudian ia meninggal dunia.
Esok harinya Jum'at tanggal 13 November 1998 ternyata banyak mahasiswa dan masyarakat sudah bergabung dan mencapai daerah Semanggi dan sekitarnya, bergabung dengan mahasiswa yang sudah ada di depan kampus Atma Jaya Jakarta. Jalan Sudirman sudah dihadang oleh aparat sejak malam hari dan pagi hingga siang harinya jumlah aparat semakin banyak guna menghadang laju mahasiswa dan masyarakat. Kali ini mahasiswa bersama masyarakat dikepung dari dua arah sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dengan menggunakan kendaraan lapis baja.
Jumlah masyarakat dan mahasiswa yang bergabung diperkirakan puluhan ribu orang dan sekitar jam 3 sore kendaraan lapis baja bergerak untuk membubarkan massa membuat masyarakat melarikan diri, sementara mahasiswa mencoba bertahan namun saat itu juga terjadilah penembakan membabibuta oleh aparat dan saat di jalan itu juga sudah ada mahasiswa yang tertembak dan meninggal seketika di jalan. Ia adalah Teddy Wardhani Kusuma, merupakan korban meninggal pertama di hari itu.
Mahasiswa terpaksa lari ke kampus Atma Jaya untuk berlindung dan merawat kawan-kawan dan masyarakat yang terluka. Korban kedua penembakan oleh aparat adalah Wawan, yang nama lengkapnya adalah Bernadus R Norma Irawan, mahasiswa Fakultas Ekonomi Atma Jaya, Jakarta, tertembak di dadanya dari arah depan saat ingin menolong rekannya yang terluka di pelataran parkir kampus Atma Jaya, Jakarta. Mulai dari jam 3 sore itu sampai pagi hari sekitar jam 2 pagi terus terjadi penembakan terhadap mahasiswa di kawasan Semanggi dan saat itu juga lah semakin banyak korban berjatuhan baik yang meninggal tertembak maupun terluka. Gelombang mahasiswa dan masyarakat yang ingin bergabung terus berdatangan dan disambut dengan peluru dan gas airmata. Sangat dahsyatnya peristiwa itu hingga jumlah korban yang meninggal mencapai 15 orang, 7 mahasiswa dan 8 masyarakat. Indonesia kembali membara tapi kali ini tidak menimbulkan kerusuhan.
Anggota-anggota dewan yang bersidang istimewa dan tokoh-tokoh politik saat itu tidak peduli dan tidak mengangap penting suara dan pengorbanan masyarakat ataupun mahasiswa, jika tidak mau dikatakan meninggalkan masyarakat dan mahasiswa berjuang sendirian saat itu. Peristiwa itu dianggap sebagai hal lumrah dan biasa untuk biaya demokrasi. "Itulah yang harus dibayar mahasiswa kalau berani melawan tentara".
Betapa menyakitkan perlakuan mereka kepada masyarakat dan mahasiswa korban peristiwa ini. Kami tidak akan melupakannya, bukan karena kami tak bisa memaafkan, tapi karena kami akhirnya sadar bahwa kami memiliki tujuan yang berbeda dengan mereka. Kami bertujuan memajukan Indonesia sedangkan mereka bertujuan memajukan diri sendiri dan keluarga masing-masing. Sangat jelas!
tragedi sampit
Asal Mula Penyebab Kerusuhan Sampit (KALTENG)
Peraturan dan Kebijakan Privasi
- Posting dengan judul Asal Mula Penyebab Kerusuhan Sampit (KALTENG) dihimpun dari berbagai sumber, sehingga kebenarannya masih perlu dikaji ulang dengan pendekatan yang lebih faktual.
- Isi posting ini secara garis besar menceritakan Konflik Sampit yang terjadi dan memuncak pada februari 2001.
- Segala informasi yang diberikan tidak beramaksud untuk menyinggung Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA).
- Tidak bermaksud mendiskriminasikan pihak manapun.
- Informasi terkait tragedi sampit ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan serta renungan untuk hal-hal yang lebih positif.
- Dilarang keras merekayasa ulang tanpa sumber bukti yang akurat.
Mengenang Kerusuhan Sampit (KALTENG)
Februari 2001
Assalaualaikum w w.
Mendengar kalimat ''kerusuhan sampit'' tentu sudah tidak asing
lagi ditelinga kalian. Apalagi jika kalian sudah dewasa ketika konflik
sampit itu terjadi. Ketika kerusuhan sampit saya masih duduk dibangku
kelas 2 SD, jadi saat itu saya tidak tau secara detail tentang apa yang
sebenarnya terjadi. Yang saya tau dari pembicaraan orang2 tua adalah
perang antara Dayak dan Madura. Selain masih kecil, saya juga tidak
bertempat tinggal di sampit, kampung saya berjarak 4 jam perjalanan air
dari sampit. Sehingga kampung saya tidak termasuk daerah konflik
tersebut, walaupun ada pembakaran beberapa rumah orang madura dikampung
saya.
Seiring bergulirnya waktu berita kerusuhan sampit tidak serta merta
hilang dari ingatan orang. Hal ini terbukti ketika saya kuliah di Jogja,
walaupun sudah 2014, yg artinya kejadian itu sudah 13 tahun yang lalu,
namun setiap kali saya berkenalan dengan orang baru dan saya menyebutkan
asal saya ''Sampit'', mereka selalu bilang ''...Oh yang kerusuhan itu
ya'', ''... Oh yang perang itu ya''. Ini membuktikan bahwa tragedi
sampit masih diingat banyak orang bahkan yang diluar kalimantan. Selain
itu, hingga saat ini jika saya menelusuri Google dengan kata kunci
''Sampit'', maka informasi yang muncul kebanyak tentang konflik sampit,
tragedi sampit, perang sampit, dll.
Kenapa sih tragedi ini susah tergerus oleh waktu? jawabannya tidak lain
adalah karena tragedi ini merupakan tragedi terparah sepanjang
pertikaian antar etnis di Indonesia. Tidak hanya banyak menelan korban
jiwa, namun kesadisan, kengerian kerusuhan ini juga menjadi faktor
susahnya untuk dilupakan. Sekali lagi, informasi yang saya share ini
tidak bertujuan untuk menyinggung/mendiskriminasikan pihak manapun.
Karena saya cinta dayak dan saya respect terhadap madura. Asal kita
dapat hidup berdampingan yang saling menghormati, saya yakin kejadian
ini tidak akan terulang lagi.
Asal Usul Penyebab Terjadinya
Asal Usul Penyebab Terjadinya Tragedi Sampit hingga saat ini masih
simpang siur. Saya bertanya dari berbagai narasumber dan searching di
Google, hasilnya berbeda-beda pendapat. Ada yang mengatakan tragedi ini
berawal dari kasus pencurian ayam, kasus perkelahian remaja antar etnis,
kasus kesenjangan sosial, dll. Namun dari berbagai pendapat itu, saya
bisa menyimpulkan bahwa tragedi kerusuhan sampit ini sebenarnya berawal
dari masalah sepele/kecil yang bisa diselesaikan secara kekeluargaan
atau jalur hukum yang ada tanpa harus mengorbankan ratusan bahkan ribuan
nyawa. Akan tetapi masalah2 sepele itu terjadi berulang-ulang dan tanpa
penyelesaian yang maksimal, sehingga menimbulkan suasana yang rentan
akan konflik yang lebih besar. Dari beberapa sumber ada beberapa kasus
yang telah terjadi berlarut-larut hingga memuncak pada kerusuhan sampit.
- 1972, Palangka Raya, seorang gadis Dayak digodai dan diperkosa, terhadap kejadian itu diadakan penyelesaian dengan mengadakan perdamaian menurut hukum adat.
- 1982, terjadi pembunuhan oleh orang Madura atas seorang suku Dayak, pelakunya tidak tertangkap, pengusutan / penyelesaian secara hukum tidak ada.
- 1983, Kasongan, seorang warga Kasongan etnis Dayak di bunuh (perkelahian 1 (satu) orang Dayak dikeroyok oleh 30 (tigapuluh) orang madura). Terhadap pembunuhan atas
- 1996, Palangka Raya, seorang gadis Dayak diperkosa di gedung bioskop Panala dan di bunuh dengan kejam (sadis) oleh orang Madura, ternyata hukumannya sangat ringan.
- 1997, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok oleh orang Madura dengan
perbandingan kekuatan 2:40 orang, dengan skor orang Madura mati semua,
tindakan hukum terhadap orang
Dayak: dihukum berat. Orang Dayak tersebut diserang dan mempertahankan diri menggunakan ilmu bela diri? dimana penyerang berhasil dikalahkan semuanya. - 1997, Tumbang Samba, ibukota Kecamatan Katingan Tengah, seorang anak laki-laki bernama Waldi mati terbunuh oleh seorang suku Madura yang ? tukang jualan sate?. Si belia Dayak mati secara mengenaskan, ditubuhnya terdapat lebih dari 30 (tigapuluh) bekas tusukan. Anak muda itu tidak tahu menahu persoalannya, sedangkan para anak muda yang bertikai dengan si tukang sate telah lari kabur ?.Yang tidak dapat dikejar oleh si tukang sate itu, si korban Waldi hanya kebetulan lewat di tempat kejadian.
- 1998, Palangka Raya, orang Dayak dikeroyok oleh 4 (empat) orang Madura, pelakunya belum dapat ditangkap karena melarikan diri dan korbannya meninggal, tidak ada penyelesaian secara hukum.
- 1999, Palangka Raya, seorang petugas Tibum (ketertiban umum) dibacok oleh orang Madura, pelakunya di tahan di Polresta Palangka Raya
- 1999, Palangka Raya, seorang Dayak dikeroyok oleh beberapa orang suku Madura, masalah sengketa tanah; 2 (dua) orang Dayak dalam perkelahian tidak seimbang itu mati semua, sedangkan pembunuh lolos, malah orang Jawa yang bersaksi dihukum 1,5 tahun karena dianggap membuat kesaksian fitnah terhadap pelaku pembunuhan yang melarikan diri itu.
- 1999, Pangkut, ibukota Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, terjadi perkelahian massal dengan suku Madura, gara-gara suku Madura memaksa mengambil emas pada saat suku Dayak menambang emas. Perkelahian itu banyak menimbulkan korban pada ke dua belah pihak, tanpa penyelesaian hukum.
- 1999, Tumbang Samba, terjadi penikaman terhadap suami-isteri bernama IBA oleh 3 (tiga) orang Madura; pasangan itu luka berat. Dirawat di RSUD Dr. Doris Sylvanus, Palangka Raya, biaya operasi /perawatan ditanggung oleh Pemda Kalteng. Para pembacok / pelaku tidak ditangkap, katanya? sudah pulang ke pulau Madura sana!. (Tiga orang Madura memasuki rumah keluarga IBA dengan dalih minta diberi minuman air putih, karena katanya mereka haus, sewaktu IBA menuangkan air di gelas, mereka
- 2000, Pangkut, Kotawaringin Barat, 1 (satu) keluarga Dayak mati dibantai oleh orang Madura, pelaku pembantaian lari, tanpa penyelesaian hukum. Tahun 2000, di Palangka Raya, 1 (satu) orang suku Dayak di bunuh / mati oleh pengeroyok suku Madura di depan gedung Gereja Imanuel, Jalan Bangka. Para pelaku lari, tanpa proses hukum.
- 2000, Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten Kotawaringin Timur, terjadi pembunuhan terhadap SENDUNG (nama kecil). Sendung mati dikeroyok oleh suku Madura, para pelaku kabur / lari, tidak tertangkap, karena lagi-lagi ?katanya? sudah lari ke Pulau Madura, proses hukum tidak ada karena pihak
- 2001, Sampit (17 s/d 20 Februari 2001) warga Dayak banyak terbunuh / dibantai. Suku Madura terlebih dahulu menyerang warga Dayak.
Kejadian-Kejadian Sebelum Puncak Kerusuhan (Perang Terbuka antara Dayak dan Madura)
Tanggal 18 Februari 2001
- Pkl.01.00 WIB terjadi peristiwa pertikaian antar etnis diawali dengan terjadinya perkelahian antara Suku Madura dengan kelompok Suku Dayak di Jalan Padat Karya, yang mengakibatkan 5 (lima) orang meninggal dunia dan 1 (satu) orang luka berat semuanya dari Suku Madura.
- Pkl. 08.00 WIB terjadi pembakaran rumah Suku Dayak sebanyak 2 (dua) buah rumah yang dilakukan oleh kelompok Suku Madura dan 1 (satu) buah rumah Suku Dayak dirusak dan dijarah oleh kelompok Suku madura. Kejadian ini mengakibatkan 3 (tiga) orang meninggal semuanya dari Suku Dayak.
- Pkl. 09.30 WIB pengiriman Pasukan Brimob Polda dari Kalimantan Selatan sebanyak 103 personil dengan kendali BKO Polda Kaliteng untuk pengamanan di Sampit dan tiba Pkl. 12.00 WIB
- Pkl. 10.00 WIB sebanyak 38 (tiga puluh delapan) orang tersangka dari kelompok Suku Dayak atas kejadian tersebut di atas diamankan ke MAPOLDA Kalteng di Palangka Raya dan menyita beberapa macam senjatantajam sebanyak 62 buah.
- Pkl. 20.30 WIB ditemukan 1 (satu) orang mayat dari kelompok Suku Dayak di Jalan Karya Baru, Sampit.
Tanggal 19 Februari 2001
- Pkl. 02.00 WIB terjadi pembakaran 1 (satu) buah mobil Kijang milik Suku Madura di Jalan Suwikto, Sampit.
- Pkl. 16.00 WIB ditemukan mayat sebanyak 4 (empat) orang dan 1 (satu) orang luka bakar semuanya dari Suku Dayak di Jalan Karya Baru, Sampit.
- Pkl. 17.00 WIB diadakan sweeping oleh Petugas aparat keamanan terhadap kelompok Suku Madura dan kelompok Suku Dayak di Sampit.
- Penangkapan 6 (enam) orang Suku Dayak tersangka berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap tersangka yang telah ditahan sebelumnya, dan diamankan di Polres Kotim.
- Pkl. 22.00 WIB Wakil Gubernur Kalimantan Tengah dan DANREM 102/PP bersama pasukan dari Yonif 631/ATG sebanyak 276 orang menuju Sampit dan tiba Pkl. 03.00 WIB.
- Pada tanggal 18 dan 19 Februari 2001 kota Sampit sepenuhnya dikuasai oleh Suku Madura yang menggunakan senjata tajam dan bom molotov.
Tanggal 20 Februari 2001
- Pkl. 08.30 WIB diadakan pertemuan antara DANREM 102/PP, KAPOLDA dan Wakil Gubernur dan MUSPIDA Kabupaten Kotawaringin Timur dengan tokoh masyarakat di Sampit ( Tokoh Dayak, Madura dan Tokoh Masyarakat Sampit) untuk mengupayakan penghentian pertikaian dan dilanjutkan dengan pemantauan ke lokasi pertikaian dengan mengadakan dialog dengan warga yang bertikai.
- Warga yang ketakutan karena kerusuhan dan sweeping disertai pembakaran rumah yang dilakukan oleh Suku Madura terhadap Suku Dayak mengungsi ke Gedung Balai Budaya Sampit, Gedung DPRD Kotawaringin Timur dan Rumah Jabatan Bupati Kotawaringin Timur sebanyak 702 KK (2.850 orang) bukan Suku Madura dan sebagian warga non Madura mengungsi ke Palangka Raya.
Kronologis Perang Terbuka antara Dayak dan Madura
18 Februari warga Madura mula menguasai Sampit. Dengan
mengacung-acungkan senjata, puluhan warga Madura pawai keliling kota.
Mereka menggunakan berbagai kendaraan, mulai roda dua sampai roda empat.
Mereka tak hanya berpawai. Setiap bertemu warga Dayak, mereka mengejar
dan membunuhnya. Sedikitnya, sepuluh rumah dibakar.Tujuh orang tewas
saat warga Madura menguasai Sampit. Bahkan, seorang ibu muda hamil tujuh
bulan ikut dibunuh dengan dirobek perutnya. “Itu fakta,” kata Bambang
Sakti, tokoh muda Dayak asal Sungai Samba. Situasi itu membuat Sampit
Minggu malam mencekam. Listrik padam total. Pembakaran di perkampungan
warga di Jalan Baamang berlangsung sporadis. Pengungsi mulai membanjiri
gedung pertemuan di depan rumah jabatan bupati sampit. Tapi, kemudian
dialihkan ke kantor bupati. Yang mengungsi bukan hanya warga Madura.
Juga Dayak dan Cina. Mereka berdesak-desakan mengungsi. Ini terjadi
karena mereka belum tahu betul siapa yang menguasai jalanan di Sampit
malam itu: Madura atau Dayak. Di pengungsian, Madura dan Dayak malah
rukun. “Saya saat itu ikut mengungsi,’ ujar seorang wartawan
lokal. Untuk menghadang orang Dayak keluar-masuk Sampit, warga Madura
melakukan penjagaan di pertigaan Desa Bajarum yang mengarah kota
Kecamatan Kota Besi. Penjagaan juga terjadi di Perenggean, Kecamatan
Kuala Kuayan, dan desa-desa pedalaman Hilir Mentayan. Selama berpawai
itu, warga Madura terus berteriak-teriak mencari tokoh Dayak. “Mana
Panglima Burung? Mana tokoh Dayak?” tantang mereka.
Tak hanya itu, seorang tokoh Madura melakukan orasi lewat pengeras
suara, “Sampit akan jadi Sampang kedua, Sampit jadi Sampang Kedua”.
Mereka juga memasang spanduk: Selamat datang orang Dayak di kota
Sampang, Serambi Mekkah. “Spanduk itu yang kami cari sekarang,” kata
Bambang Sakti. Bambang juga bilang telah menemukan sejumlah bom di
rumah-rumah warga Madura. “Ini bukan isapan jempol,” tuturnya.
Sedikitnya, pasukan Dayak sudah menyerahkan 300 bom yang ditemukan di
rumah warga Madura. Begitu juga beberapa pucuk pistol. “Tidak tahu
bagaimana tindak lanjutnya,” jelasnya. Kabarnya, bom-bom itu dirakit di
Jawa, lalu dikirimkan ke Sampit. Tapi, sumber Jawa Pos menyebutkan, bom
rakitan dibuat di Sampit. Lalu, didistribusikan ke berbagai warga Madura
di kecamatan. Mereka bilang bom itu untuk mempertahankan diri jika
sewaktu-waktu diserang warga Dayak. Tapi, karena bom itu pula, 112 warga
Madura di Kecamatann Perenggean dibantai di lapangan kecamatan. Ini
setelah warga Dayak menemukan bom di rumah seorang warga Madura
Melihat aksi penguasaan warga pendatang itu, warga Dayak tak tinggal
diam. Mereka lantas membawa bala bantuan pasukan dari Dayak pedalaman.
Warga Dayak yang tiba lebih dulu melakukan perlawanan sporadis. Selasa
malam (20 Februari), peta kekuatan mulai berbalik. Warga Dayak pedalaman
dari berbagai lokasi daerah aliran sungai (DAS) Mentaya,seperti
Seruyan, Ratua Pulut, Perenggean, Katingan Hilir, bahkan Barito
berdatangan ke kota Sampit melalui hilir Sungai Mentaya dekat
pelabuhan. Pasukan Dayak pedalaman yang rata-rata berusia muda tak
lebih 25 tahun membekali diri dengan berbagai ilmu kebal. Jumlahnya
sekitar sekitar 320 orang. Pasukan itu lalu menyusup ke daerah Baamang
dan sekitarnya, pusat permukiman warga Madura. Meski dalam jumlah
kecil, kemampuan bertempur pasukan khusus Dayak sangat teruji. Buktinya,
mereka mampu memukul balik warga Madura yang terkosentrasi di berbagai
sudut jalan Sampit. Dengan ilmu kebal, mereka melawan ribuan warga
Madura. Bahkan, mereka sanggup menghadapi bom yang banyak digunakan
warga Madura.
Dalam bentrok terbuka, seorang warga Madura melemparkan bom ke arah pasukan Dayak. Tapi, bom dapat ditangkap dan dilemparkan kembali ke arah kerumunan Madura. Meledak. Puluhan warga Madura tewas seketika. Selain kebal senjata, pasukan Dayak pedalaman tidak mempan ditembak. Mereka justru memunguti peluru untuk dikantongi. Karena itu, polisi juga keder. Sejak itu, mental Madura pun langsung down. Strategi yang diterapkan warga Dayak dalam serangan balik cukup jitu. Selain masuk lewat Baamang, sekitar empat perahu penuh pasukan dayak tidak langsung merapat ke bibir sungai. Mereka berhenti di seberang sungai Mentaya. Baru berenang menuju kota pinggir sungai di tepian kota Sampit. Strategi ini untuk menghindari pengawasan orang Madura. Lantas, secara tiba-tiba, mereka muncul dan menyerang permukiman Madura. Madura pun dibuat kocar-kacir. Pasukan Dayak pedalaman terus bergerak ke kantong-kantong tokoh Madura. Seperti, Jalan Baamang III, Simpong atau dikenal Jalan Gatot Subroto, dan S. Parman. Rumah tokoh Ikatan Keluarga Madura (Ikama) Haji Marlinggi yang cukup megah di Jalan DI Panjaitan tak luput dari sasaran. Banyak pengawal penguasa Pelabuhan Sampit itu yang terbunuh. Sebagian lari. Sejumlah becak bekas dibakar berserakan di halaman rumah yang hancur. Rumah tokoh Madura lain seperti Haji Satiman dan Haji Ismail juga dihancurkan. Tidak terkecuali rumah Mat Nabi yang dikenal sebagai jagonya Sampit. Padahal, rumah tokoh-tokoh Madura yang berada di Sampit, Samuda, maupun Palangkaraya tergolong cukup mewah. Serangan pasukan inti Dayak kemudian diikuti warga Dayak lain. Mereka mencari rumah dan warga di sepanjang kota Sampit. Ratusan warga Madura dibunuh secara mengenaskan, lalu dipenggal kepalanya.
Hari-hari berikutnya gelombang serangan suku Dayak terus berdatangan. Bahkan, sebelum menyerang, seorang tokoh atau panglima Dayak lebih dulu membekali ilmu kebal kepada pasukannya. Karena itu, saat melakukan serangan, biasanya mereka berada dalam alam bawah sadar. Uniknya, mereka juga dibekali indera penciuman tajam untuk membedakan orang Madura dan non-Madura. “Dari jarak sekitar 200 meter, baunya sudah tercium,” ujar Itu tak berlebihan. Saat ada evakuasi, di tengah jalan seorang warga Madura disusupkan. Dia dikelilingi warga non Madura. Sebelum masuk ke loksi penampungan, mereka kena sweeping Dayak. Meski orang itu ada di tengah pengungsi, masih juga tercium dan disuruh turun. Tanpa ampun, laki-laki tadi dibantai. Agar serangan ke perkampungan Madura terkendali, para komando warga Dayak menggunakan Hotel Rama sebagai pusat komando penyerangan. Bahkan, di hotel itulah pasukan diberi ramuan ilmu kekebalan oleh para panglima. Saat digerebek, aparat menemukan beberapa kepala manusia. Tapi, para tokohnya sempat meloloskan diri. Kini, di depan hotel bertingkat dua itu dibentangkan police line. Berada di atas angin, pasukan Dayak lalu melebarkan serangan ke berbagai kota Kecamatan Kotawaringin Timur. Sasaran pertama, Samuda, ibu kota Kecamatann Mentaya Hilir Selatan, dan Parebok yang banyak dihuni warga Madura. Samuda dan Parebok jadi sasaran setelah Sampit karena banyak tokoh Madura tinggal di daerah itu. Di Parebok juga ada Ponpes Libasu Taqwa. Ponpes yang diasuh Haji Mat Lurah ini juga dijadikan tempat berlindung banyak warga Madura. Warga Madura di kecamatan lain pun tidak lepas dari buruan. Misalnya, Kuala Kuayan. Ratusan korban jatuh dengan kepala terpenggal. Kini, warga Dayak praktis menguasai hampir seluruh wilayah Kalimantan Tengah. Kecuali Pangkalan Bun. Kota ini aman karena hampir tak ada warga Madura yang tingga di semua kota kecamatan. Penghuninya, saat itu, banyak yang lari menyelamatkan diri ke hutan, baik Palangkaraya, Sampit, maupun Samuda.
Dalam bentrok terbuka, seorang warga Madura melemparkan bom ke arah pasukan Dayak. Tapi, bom dapat ditangkap dan dilemparkan kembali ke arah kerumunan Madura. Meledak. Puluhan warga Madura tewas seketika. Selain kebal senjata, pasukan Dayak pedalaman tidak mempan ditembak. Mereka justru memunguti peluru untuk dikantongi. Karena itu, polisi juga keder. Sejak itu, mental Madura pun langsung down. Strategi yang diterapkan warga Dayak dalam serangan balik cukup jitu. Selain masuk lewat Baamang, sekitar empat perahu penuh pasukan dayak tidak langsung merapat ke bibir sungai. Mereka berhenti di seberang sungai Mentaya. Baru berenang menuju kota pinggir sungai di tepian kota Sampit. Strategi ini untuk menghindari pengawasan orang Madura. Lantas, secara tiba-tiba, mereka muncul dan menyerang permukiman Madura. Madura pun dibuat kocar-kacir. Pasukan Dayak pedalaman terus bergerak ke kantong-kantong tokoh Madura. Seperti, Jalan Baamang III, Simpong atau dikenal Jalan Gatot Subroto, dan S. Parman. Rumah tokoh Ikatan Keluarga Madura (Ikama) Haji Marlinggi yang cukup megah di Jalan DI Panjaitan tak luput dari sasaran. Banyak pengawal penguasa Pelabuhan Sampit itu yang terbunuh. Sebagian lari. Sejumlah becak bekas dibakar berserakan di halaman rumah yang hancur. Rumah tokoh Madura lain seperti Haji Satiman dan Haji Ismail juga dihancurkan. Tidak terkecuali rumah Mat Nabi yang dikenal sebagai jagonya Sampit. Padahal, rumah tokoh-tokoh Madura yang berada di Sampit, Samuda, maupun Palangkaraya tergolong cukup mewah. Serangan pasukan inti Dayak kemudian diikuti warga Dayak lain. Mereka mencari rumah dan warga di sepanjang kota Sampit. Ratusan warga Madura dibunuh secara mengenaskan, lalu dipenggal kepalanya.
Hari-hari berikutnya gelombang serangan suku Dayak terus berdatangan. Bahkan, sebelum menyerang, seorang tokoh atau panglima Dayak lebih dulu membekali ilmu kebal kepada pasukannya. Karena itu, saat melakukan serangan, biasanya mereka berada dalam alam bawah sadar. Uniknya, mereka juga dibekali indera penciuman tajam untuk membedakan orang Madura dan non-Madura. “Dari jarak sekitar 200 meter, baunya sudah tercium,” ujar Itu tak berlebihan. Saat ada evakuasi, di tengah jalan seorang warga Madura disusupkan. Dia dikelilingi warga non Madura. Sebelum masuk ke loksi penampungan, mereka kena sweeping Dayak. Meski orang itu ada di tengah pengungsi, masih juga tercium dan disuruh turun. Tanpa ampun, laki-laki tadi dibantai. Agar serangan ke perkampungan Madura terkendali, para komando warga Dayak menggunakan Hotel Rama sebagai pusat komando penyerangan. Bahkan, di hotel itulah pasukan diberi ramuan ilmu kekebalan oleh para panglima. Saat digerebek, aparat menemukan beberapa kepala manusia. Tapi, para tokohnya sempat meloloskan diri. Kini, di depan hotel bertingkat dua itu dibentangkan police line. Berada di atas angin, pasukan Dayak lalu melebarkan serangan ke berbagai kota Kecamatan Kotawaringin Timur. Sasaran pertama, Samuda, ibu kota Kecamatann Mentaya Hilir Selatan, dan Parebok yang banyak dihuni warga Madura. Samuda dan Parebok jadi sasaran setelah Sampit karena banyak tokoh Madura tinggal di daerah itu. Di Parebok juga ada Ponpes Libasu Taqwa. Ponpes yang diasuh Haji Mat Lurah ini juga dijadikan tempat berlindung banyak warga Madura. Warga Madura di kecamatan lain pun tidak lepas dari buruan. Misalnya, Kuala Kuayan. Ratusan korban jatuh dengan kepala terpenggal. Kini, warga Dayak praktis menguasai hampir seluruh wilayah Kalimantan Tengah. Kecuali Pangkalan Bun. Kota ini aman karena hampir tak ada warga Madura yang tingga di semua kota kecamatan. Penghuninya, saat itu, banyak yang lari menyelamatkan diri ke hutan, baik Palangkaraya, Sampit, maupun Samuda.
Total Jumlah Korban Kerusuhan Sampit
Dalam pelayaran menyusuri Sungai Mentaya (70 km), ABK dan pengungsi bisa
Melihat puluhan mayat yang mengapung di sepanjang sungai, dan sejumlah
Bangunan rumah warga Madura dan Pasar Sampit/Pasar Ganal yang tinggal
temboknya yang hangus. Dikatakan seorang pengungsi yang bekerja di
penggergajian kayu, PT Sempagan Raya Sampit, Abdul Sari (30), bahwa yang
tampak di sungai saja ada puluhan yang mengapung dan tersangkut di
pinggir. Sementara yang hanyut dan tenggelam lebih dari 200 warga etnis
Madura. “Ini baru yang di sungai, belum yang terserak di pinggir
sepanjang Jl. Masjid Nur Agung saja tidak kurang dari 200 mayat,”
katanya. Sementara di Jl. Sampit Pangkalan Bun, saat ini masih banyak
mayat yang bergelimpangan di tepi jalan. Mayat-mayat itu hanya ditutupi
dengan batu koral yang dibungkus karung sak. Tidak ada yang menolong
untuk dimakamkan, kami tidak mungkin untuk melakukan itu. Sedang untuk
bisa lolos dari kejaran dan tebasan mandau Dayak saja sudah bersyukur.
Abdul Sari juga mengatakan, sekarang pasukan Dayak tidak lagi membedakan
siapa yang akan dibunuh. Awalnya yang diserang hanya etnis Madura, tapi
kini semua pendatang, termasuk orang Jawa, dan Cina. Mereka bukan hanya
ditebas lehernya saja, tapi juga dipenggal jadi beberapa potong. Di
mata etnis Madura, polisi setempat sudah kehilangan kepercayaannya lagi.
Mereka (warga etnis Madura) mengaku, siangnya di sweeping dan
senjatanya disita petugas, dan mereka (petugas) mengatakan, semua sudah
aman dan tidak ada apa-apa lagi. Maka warga etnis Madura di Jl. Sampit
Pangkalan Bun tenang-tenang saja dan percaya pada petugas. Ternyata
malamnya diawali dengan suara kuluk,… kuluk,… kuluk,… sebentar kemudian
pasukan Dayak muncul dan membunuhi warga Madura.
Tidak ada yang tersisa, mereka yang menyerah maupun yang lari dibunuh.
Umumnya mereka diserang pada malam hari, ratusan Dayak dengan suara
kuluk…, kuluk…, sambung-menyambung muncul dari segala penjuru. Esoknya
warga etnis Madura mati mengenaskan dengan badan tanpa kepala lagi.
Parebuk Menurut warga etnis Madura yang ikut KRI Teluk Ende, Sopian
(56), warga yang banyak mati dari daerah Parebuk, Semuda. Karena warga
Madura yang ada di sini tidak menghindar tapi melakukan perlawanan
sengit. “Saat ini di sana yang tersisa tinggal wanita dan anak-anak,”
kata Sopian. Sopian yang datang ke pengungsian dengan jalan menyusuri
sungai mengatakan, dia berjalan sambil sembunyi-sembunyi di antara pohon
hutan yang cukup lebat. Ternyata setelah 7 hari di pengungsian ia hanya
melihat beberapa warga Madura dari Semuda. Berarti ada sedikitnya 500
orang Madura yang tewas melawan Dayak di Semuda. “Kalau masih hidup
seharusnya perjalanan mereka tidak lebih dari satu atau dua hari saja,”
kata Sopian. Sopian bersama pengungsi lain yang ada di pengungsian pun
mengaku masih dibayang-bayangi pasukan suku Dayak. Bahkan ada isu bahwa
kamp pengungsian di halaman Pemda Sampit akan diserbu oleh Dayak. Hal
ini membuat warga Madura yang ada di pengungsian menjadi resah, di
samping mereka sudah ketakutan, juga mereka sudah tidak memiliki senjata
lagi. Menurut Kilan, sejumlah orang Dayak membawa mayat orang Madura
dengan geledekan keliling kota. Tidak sampai di situ, geledekan yang
berisi orang Madura ditinggal begitu saja di depan Polres Sampit, Jl.
Sudirman.Kekesalan warga Madura terhadap oknum polisi di Polsek Jl. Ba
Amang Tengah semakin menjadi, seperti yang diungkapkan oleh Somad yang
mendatangi kantor Polsek. Ia minta perlindungan setelah dikejar-kejar
oleh sekitar 50 Dayak, Somad minta diantar ke tempat pengungsian.
Kapolsek bukannya menolong tapi justru memanggil Dayak yang ada di
sekitar situ. Somad mengaku lari ke belakang, dengan melompat lewat
pintu belakang Polsek ia akhirnya lolos lari ke semak-semak. Ia sempat
merangkak sejauh 300 m sebelum lepas dari kejaran Dayak dan lari ke
hutan. Dari hutan ini ia menyusuri tepian hutan dan akhirnya sampai ke
tempat pengungsian. Ia pun bersyukur karena bisa ketemu dengan anak
istrinya. Seorang pengungsi, Choiri (40), dari Pasuruan mengatakan, ada
peristiwa yang sangat mengenaskan dari daerah Belanti Tanjung Katung,
Sampit. Sebanyak 4 truk pengungsi Parengkuan yang dibawa oleh orang yang
mengaku petugas dengan mengatakan akan dibawa ke tempat penampungan
pengungsi di SMP 2, akhirnya dibantai habis. Ternyata mereka yang
mengaku petugas adalah pasukan Dayak, orang Madura disuruh turun dan
dibantai. “Jika tiap truk berisi 50 pengungsi berarti ada 200 pengungsi
yang tewas dibantai,” kata Choiri. Choiri mengatakan, yang dibantai itu
semuanya wanita dan anak anak.
Begitu jemputan yang kedua tiba, yang diangkut adalah orang laki-laki
dewasa, justru mereka selamat tidak di tempat pengungsian karena dikawal
oleh Brimob dari Jakarta. Liar Pengakuan seorang pengungsi, Titin (19),
asli Lumajang, yang tinggal di Jl. Pinang 20 Sampit mengatakan,
suaminya yang asli Dayak Kapuas yang kini ikut pasukan Dayak. Ia
menceritakan, suaminya pernah bercerita padanya, mengapa orang Dayak
menjadi pandai berkelahi dan larinya cepat bagai kijang. Awalnya
suaminya enggan menjadi pasukan Dayak untuk membunuhi orang Madura. Tapi
karena dihadapkan pada satu di antara dua pilihan, jadi pasukan atau
mati, terpaksa suaminya memilih jadi pasukan Dayak. Saat itu ia disuruh
minum cairan yang membuatnya ia menjadi berani, kemudian alisnya diolesi
dengan minyak yang membuat ia melihat bahwa orang Madura itu berwujud
anjing dan akhirnya harus diburu dan dibunuh. Makanya orang Dayak tidak
punya takut, tidak punya rasa kasihan, ini menurut Titin karena sudah
diberi minuman dan olesan minyak tertentu. Sehingga mereka mirip dengan
jaran kepang yang sedang kesurupan, mungkin mereka kerasukan roh nenek
moyangnya dan membunuh sesuai dengan perintah panglima perang suku
Dayak. (R Dewanto Nusantoro)
Akhir Konflik
Kerusuhan sampit yang menjalar hingga kesegala penjuru kalimantan tengah
benar-benar berakhir sekitar bulan Maret pertengahan. Untuk
memperingati akhir konflik ini dibuatlah perjanjian damai antar suku
dayak dan madura. Perjanjian itu tertulis dalam sebuah buku yang berisi
beberapa persyaratan dan hal-hal lainnya. Selain itu untuk memperingati
perjanjian damai itu, dibangun sebuah tugu perdamaian di Sampit.
Tambahan:- Hingga saat ini di kota Sampit masih terlihat bekas-bekas kerusuhan 13 Tahun silam, bekas pembakaran rumah, gedung, dan rumah2 kosong yang tak jelas penghuninya
- Terdapat kuburan masal bagi korban kerusuhan sampit, jika ingin inforasi lebih detail mengenai kuburan masal korban tragedi sampit bisa baca Di Sini.
- Ketika terjadi kerusuhan para pasukan dayak mengidentikan dirinya dengan kain berwarna merah yang diikat di kepala/senjata yg digunakan.
- Tidak sampai 1 tahun dari akhir kerusuhan, orang-orang madura mulai berdatangan ke sampit lagi.
- Setelah akhir kerusuhan presiden Abdurrahman Wahid melakukan kunjungan ke Sampit.
- Sejak akhir kerusuhan hingga sekarang Sampit mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat baik dibidang ekonomi maupun industri.
- Sampit kini menjadi kota yang damai, sejahtera, penduduknya rukun, dan jangan takut ketika mendengar kata ''Sampit''. Jangan takut juga untuk berkunjung atau berwisata ke kota Sampit.
Langganan:
Postingan (Atom)